Sabtu, 29 Januari 2011

Arogan Adalah Rayap Keangkuhan

Boleh jadi itu merupakan indikator akhlak kita yang telah bobrok dimakan rayap-rayap keangkuhan..



وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا


“Dan sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan susuatu pun, dan berbuat baiklah pada ibu-bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, dan budak-budak kamu. Sesungguhnya Allah tidak suka pada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisa: 36)

Setiap individu diciptakan Allah dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak ada manusia yang hanya diberikan kelebihan, melainkan disisipkan pula kekurangan dalam dirinya. Namun, ada kalanya kelebihan yang diberikan dipergunakan untuk bersikap angkuh, atau dalam bahasa yang lebih ilmiah dikenal dengan istilah arogan.

Dalam psikologi, arogan didefinisikan sebagai perasaan superioritas yang dimanifestasikan dalam sikap suka memaksa atau pongah. Sikap arogan pada dasarnya menggambarkan kepicikan dalam menilai hakikat manusia.

Sempitnya wawasan sangat berperan dalam terciptanya penyakit yang satu ini. “Bagai katak dalam tempurung” adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan manusia yang pongah dan mengagumi diri sendiri.

Sikap arogan dapat menutup mata hati dalam menerima yang haq. Kesombongan menjadikan manusia ingkar terhadap kebenaran --walau berasal dari penciptanya sekalipun--, hingga Allah mengunci mati hati mereka. Kalau kita membuka lembaran kitab suci Al Qur’an, akan kita dapati kisah salah satu makhluk Allah yang diberi gelar iblis. Ia membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Adam.

Hal itu dilakukannya tiada lain karena sifat congkak dan takabur. Iblis merasa lebih baik daripada Adam, lebih mulia, lebih dahulu diciptakan, lebih…, lebih…, dan lebih. Itulah yang menyebabkannya enggan melaksanakan perintah Allah. “Allah berfirman,

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ



Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS.Al A’raf :12)

Manusia diperintahkan untuk melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, berbuat yang terbaik. Sudah sepantasnya bila seorang muslim selalu ingin berbuat lebih baik daripada yang dilakukan orang lain karena Islam memang mengajarkan demikian (fastabiqul khairat).

Berbuat lebih baik atau bahkan menjadi yang terbaik tidaklah sama dengan merasa lebih baik atau merasa paling baik. Keduanya sangatlah berlawanan. Idealnya, bisa menjadi yang terbaik tanpa merasa lebih daripada yang lain.

Ketika perasaan “lebih” telah hinggap dalam diri manusia, tak dapat dipungkiri benih-benih keangkuhan mulai mengembang. Perasaan “lebih” ini dapat menghinggapi siapapun, tanpa kecuali. Anak, orang tua, dosen, karyawan, pejabat, atau siapapun itu, semuanya rentan terjangkit virus “merasa lebih” ini.



Singkat kata, apapun predikat yang disandangnya, anak adam tak kan lepas dari incaran penyakit hati yang satu ini. Ujung dari perasaan “lebih” adalah kesombongan yang apabila terus dipupuk dan tidak segera diobati dapat menyebabkan hati terkunci, akal terbelenggu, tak mau dan tak dapat menerima kebenaran.

Saran dan kritik yang ditujukan padanya dianggap angin lalu karena merasa dirinyalah yang paling pintar, paling benar. Lebih jauh lagi, masukan dan saran dipersepsikan sedemikian rupa sehingga kritikan akan dianggap sebagai upaya untuk mempermalukan dan menjatuhkan dirinya.

Seorang anak yang sudah merasa lebih pandai daripada orang tuanya akan bersikap cuek terhadap nasihat yang diberikan ibu-bapaknya. Apatah lagi yang namanya tatakrama, entah pada nomor urut berapa ia simpan dalam memorinya.

Padahal, Islam jelas-jelas memberikan peringatan kepada anak untuk memperlakukan orang tua dengan baik. Begitu pula sebaliknya, orang tua yang memupuk sifat “merasa lebih” akan selalu bertindak sekehendak hatinya tanpa mempedulikan saran atau masukan dari anaknya.

Pada saat anak memberikan pendapatnya, tak jarang orang tua menepis argumen si anak dengan sindiran, “Bapakmu ini sudah lebih dulu makan garam” atau dengan ungkapan yang lebih menyakitkan, “Anak kemarin sore”, “bau kencur”, dan segudang stigma lainnya yang menggambarkan sikap apriori orang tua terhadap anak.

Seorang dosen yang telah dihinggapi benih-benih arogansi, tak kan sudi mendengarkan kritikan dari murid-muridnya. Ia merasa ilmunya sudah sangat mumpuni, mustahil murid-muridnya bisa berpendapat lebih baik daripada dirinya.

Seorang karyawan yang tidak segera membunuh sifat merasa lebih baik, virus arogansi akan sangat cepat menyebar dalam hati dan kepalanya. Ia akan bersikap angkuh, menganggap rekan kerjanya tak dapat diandalkan, merasa dirinya sendiri yang profesional dan intelek, sementara yang lain tak mampu, bodoh, dan malas.

Tak sedikitpun sisi positif (dari rekan-rekan kerjanya) tampak dalam pandangannya, semuanya dinilai negatif, sehingga api keangkuhan semakin membara dalam dirinya. Lebih jauh lagi, mental penjilat dan mencari muka akan berakar pula dalam hatinya sebagai efek dari virus arogansi yang semakin merajalela karena tak ada upaya melenyapkannya.

Begitu pula halnya dengan pejabat. Seorang pejabat yang merasa dirinya paling baik, tidak akan mempan dengan kritik ataupun saran. Semua masukan dianggapnya buruk, kuno, dan tidak bermutu. Kritikan pun selalu dipersepsikan dengan tafsiran yang tidak pada tempatnya.

Begitulah, bila perasaan lebih baik ataupun perasaan paling baik telah mendominasi hati kita. Kita tak kan lagi peka terhadap pendapat teman kita, tak kan lagi senang bila diingatkan sahabat kita, malahan akan sangat muak bila menerima masukan, dari orang yang kita cintai sekalipun.

Ingatkah kisah Fir’aun? Konon, awalnya tidak se-nista itu. Tetapi kemudian, kekuasaan yang ia pegang menjadi pupuk penyubur virus arogansi yang menyusupi hatinya. Singkat cerita, secara cepat virus tersebut tak lagi memberikan ruang di hatinya selain untuk keangkuhan, sehingga dengan penuh “percaya diri” ia memproklamasikan dirinya sebagai Tuhan.

Bila benih arogansi tidak secepatnya kita hapuskan, yakinlah keangkuhan akan semakin tumbuh subur dalam hati. Cahaya kebenaran akan semakin memudar, buram, dan untuk selanjutnya tak setitikpun cahaya dapat memasuki hati manusia yang selalu memupuk kepongahannya. Imbas dari keangkuhan itu akan sangat luas, baik terhadap kehidupan pribadi ataupun kemasyarakatan, dan tentunya terhadap hubungan kita dengan Allah, seperti terungkap dalam Surat Luqman ayat ke-18,

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ



“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Betapa besar kebencian Allah pada orang-orang yang angkuh, sehingga Allah menjanjikan kepada mereka neraka jahannam sebagai tempat kembalinya.

فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ


“Maka masukilah pintu-pintu jahannam, kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong.” (Q.S. An-Nahl: 29).

Sungguh bijak bila kita selalu menyempatkan diri untuk merenungkan betapa dahsyatnya kehinaan yang akan ditimpakan Allah pada makhluknya yang pongah dan selalu membangga-banggakan diri. Ya, merenungi kehinaan yang akan ditimpakan pada orang-orang angkuh tampaknya sudah harus dijadikan kebutuhan dalam mengarungi samudra kehidupan.

Pada saat-saat tertentu, ketika sukses berada dalam genggaman, ketika posisi menguntungkan, ketika mendapatkan kepercayaan, ketika banyak orang memuji dan menyanjung, tanpa terasa perasaan “lebih” mulai merasuki hati dan pikiran kita, sehingga virus arogansi secepat kilat akan meracuni tingkah polah kita.

Tanpa terasa pula sikap kita semakin jauh dari akhlak al karimah (akhlak yang terpuji) karena dominasi kepongahan yang dari detik ke detik semakin bertambah besar dan kokoh mendiami hati kita.

Hendaknya kita pun mawas diri tatkala karib-kerabat, teman sejawat, ataupun sahabat, satu per satu menjauhi kita, karena boleh jadi itu merupakan indikator akhlak kita yang telah bobrok dimakan rayap-rayap keangkuhan. Wallahu A’lam.

Oleh: A. Ramdan Ghazali
Rubrik Cermin Majalah PI (Des-2000)

Indahnya Iman dalam Kehidupan

Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan All



Dalam posisi apa pun, di tempat mana pun, dan dalam waktu kapan pun, kita tidak bisa mengelak dari kenyataan hidup yang pahit. Pahit karena himpitan ekonomi. Pahit karena suami/istri selingkuh. Pahit karena anak tidak shaleh. Pahit karena sakit yang menahun. Dan berbagai kepahitan yang lainnya. 

Kepahitan selalu dipahami sebagai bencana. Ketidaknyamanan selalu dirasakan sebagai buah dari kelemahan diri. Tak heran jika satu per satu manusia akan jatuh pada keputusasaan hidup. Mereka stres menghadapi berbagai himpitan hidup yang dirasa tak ada ujungnya. Bahkan, tak sedikit mereka yang lari dari kenyataan yang ada.

Bahkan, kepahitan yang mereka terima selalu mencari kambing hitam. Mereka selalu menyalahkan orang lain, tanpa melakukan introspeksi diri. Mereka selalu menuduh orang lain sebagai biang keladinya, tanpa menyadari bahwa bencana datang karena ulahnya sendiri.

Begitulah kondisi jiwa manusia yang tengah gelisah dalam musibah. Panik. Merasa sakit dan pahit. Penderitaan, kegagalan dan ketidakberdayaan memang menyakitkan. Tapi justru saat tahu bahwa penderitaan itu tidak enak, kegagalan itu pahit, dan ketidakberdayaan itu tidak menyenangkan, kita akan merasakan bahwa kesuksesan yang kita raih begitu manis. Saat itulah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab, sekecil apa pun nikmat yang ada akan terasa begitu manis.

Kita diajarkan oleh Allah untuk memahami semua rasa. Kita tidak akan mengenal arti bahagia kalau tidak pernah menderita. Kita tidak akan pernah tahu sesuatu itu manis kalau tidak pernah merasakan pahit.

Ketika punya pengalaman merasakan manis-getirnya kehidupan, perasaan kita akan sensitif dan jiwanya akan halus. Kita akan memiliki empati yang tinggi terhadap orang-orang yang tengah mendapat giliran dalam situasi sulit. Selain itu, kita juga akan bisa berpartisipasi secara wajar saat bertemu dengan orang yang tengah bergembira menikmati manisnya madu kehidupan.

Karena itu, kita harus sensitif dengan orang-orang yang tengah mendapat cobaan. Harus ada jaring pengaman yang kita tebar agar keterpurukan kita tidak sampai membuat diri kita murtad. Dengan ungkapan singkat, Rasulullah memberikan nasehat, “Hampir saja kemiskinan berubah menjadi kekufuran.” (H.R. Ath-Thabrani)

Standar kelulusan ujian hidup adalah mereka “yang terbaik amalnya”, bukan mereka yang punya jabatan terhormat lalu berbuat semena-mena; bukan mereka yang memiliki banyak harta tapi enggan berinfak; dan bukan pula mereka yang pintar dan bangga dengan kejeniusan akalnya; akan tetapi mereka yang ahsanul amal (yang bagus dan benar amalnya) selama hidup di dunia.



Karena hakikatnya manusia itu tidak bisa menyuap Allah SWT dengan apapun untuk mendapatkan surga-Nya. Hanya prestasi hiduplah yang mampu menghantarkan manusia menuju surga-Nya.

Kita jangan sampai terlena dengan keindahan dunia. Karena keindahan akan datang dipermulaan, sedangkan bencana datang di kemudian hari. Surga selalu dikelilingi oleh duri yang menyakitkan, sedangkan neraka selalu dikelilingi oleh kenikmatan, Rasulullah saw pernah bersabda, ”Surga itu selalu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan berbagai kenikmatan (syahwat)” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Berbahagialah orang-orang yang mampu melewati berbagai ujian yang menyakitkan, karena ujian merupakan jembatan untuk menuju surga-Nya.
Tujuan hidup seorang muslim adalah MARDHAATILLAH (mencari keridhan Allah SWT).

Ketika kita ridha dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun ridha kepada kita. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (H.R. Tirmidzi).

Untuk itu, siapkanlah diri kita untuk tetap siaga dalam menghadapi badai ujian, karena ujian selalu datang tanpa diundang. Jadikanlah ujian sebagai batu loncatan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akherat.

Jadikanlah ujian sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas iman. Jadikan ujian sebagai alat untuk melebur dosa-dosa kita, sebab setiap ujian yang diterima dengan lapang dada akan mendatangkan pahala dan menggugurkan dosa, “Tak seorang muslim pun yang ditimpa ujian, semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Oleh : Hj. Dewi Kurniawati
Dewan Pembina Yayasan Fahmul Fauzi

DOWNLOAD SOAL LATIHAN UN MATEMATIKA SMP 2011

Untuk siswa dan guru Matematika SMP yang memerlukan soal-soal sebagai latihan dalam persiapan dalam menghadapi Ujian Nasional yang sebentar lagi akan berlangsung, berikut saya siapkan 3(tiga) paket soal yang bisa anda download langsung disini.

Download soal paket 1

Download soal paket 2

Download soal paket 3

Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

Rabu, 26 Januari 2011

THAAWUS IBN KAISAN (Allah Permalukan Penguasa Lalim Yang Hendak Mempermalukannya!!)



“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang seperti Thaawus ibn Kaisan” (‘Amr ibn Dinar) 

Dengan lima puluh bintang (sahabat Nabi SAW) dari bintang-bintang hidayah ia mengambil sinarnya lantas cahaya meliputinya dan terpancarlah cahaya atasnya...cahaya di hatinya...cahaya di lisannya...dan cahaya yang berjalan di hadapannya. 

Ia lulus di bawah asuhan lima puluh tokoh ‘Perguruan Muhammad.’ Ternyata ia adalah satu potret dari sahabat Rasulullah SAW dalam kekokohan iman, ketulusan tuturkatanya, kecongkokan terhadap fana dunia dan rela berkorban hingga mati demi mendapatkan keridlaan Allah serta kelantangan menyuarakan kalimat kebenaran sekali pun mahal harganya. 
‘Perguruan Muhammad’ telah mengajarinya bahwa agama adalah nasehat; nasehat bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para imam kaum Muslimin dan orang awamnya. 

Pengalaman hidup telah menunjukinya bahwa kebaikan seluruhnya bermula dari Waliyul amri dan berakhir padanya. Apabila pemimpin baik, rakyat menjadi baik, dan bila rusak rakyat ikut rusak. 

Dialah ‘Dzakwaan ibn Kaisan’ yang berjuluk ‘Thaawus’*. Ini adalah julukan yang dilekatkan padanya karena ia adalah Thaawus al-‘Ulama’ (burung merak para ulama) dan pemimpin bagi mereka semasanya. 

Thaawus ibn Kaisan adalah penduduk Yaman. Tampuk kekuasaan wilayah Yaman ketika itu dipegang oleh Muhammad ibn Yusuf ats-Tsaqafi saudara al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi (seorang tirani). Al-Hajjaj telah mengangkatnya sebagai gubernur Yaman setelah kekuasaannya sudah menjadi besar dan kekuatannya bertambah. Bahkan wibawanya semakin bertambah setelah berhasil mengalahkan Abdullah ibn az-Zubair. 

Pada diri Muhammad bin ats-Tsaqafi menurun karakter buruk kakaknya, al-Hajjaj, sayangnya tak sebuah kebaikan pun yang ia turunkan dari kakaknya itu. 

Pada suatu pagi yang dingin di musim dingin, Thaawus ibn Kaisan bersama Wahb ibn Munabbih** datang menemui Muhammad ibn Yusuf. 

Setelah keduanya mengambil tempat duduk di sisinya. Mulailah Thaawus menasehatinya, memberikan Targhiib (motivasi) dan Tarhiib (ancaman). Sedangkan sejumlah orang duduk di hadapannya. Sang penguasa ini berkata kepada salah seorang penjaganya, “Wahai Ghulam (panggilan untuk budak/anak kecil), hadirkan Thailasan*** dan lemparkan ke pundak Abu Abdirrahman (Thaawus).” 

Penjaga tersebut kemudian mengambil sebuah Thailasan mahal lalu melemparkannya ke pundak Thaawus. 

Mulut Thaawus terus saja berucap memberikan wejangan. Ia mulai menggerak-gerakkan pundaknya dengan pelan hingga Thailasan itu terjatuh. Ia lalu bangkit berdiri dan beranjak pergi. 

Dari merah padam raut wajahnya, kelihatan sekali Muhammad ibn Yusuf marah dan menahan emos namun tak berani mengucapkan sepatah kata apapun. 

Ketika Thaawus dan sahabatnya berada di luar majlis, berkatalah Wahb kepadanya, “Demi Allah, kita tidak perlu membangkitkan emosi Muhammad bin al-Hajjaj. Apa salahnya kamu ambil saja Thailasan itu, lalu kamu jual dan harganya kamu sedekahkan kepada orang-orang faqir dan miskin.?” 

Thaawus berkata, “Seharusnya seperti yang kamu katakan itu. Tapi aku khawatir kelak ada ulama setelahku yang beralasan, ‘Mari kita ambil saja seperti alasan Thawus mengambinyal’ lalu kemudian mereka tidak melakukan terhadap barang yang mereka ambil itu seperti yang kamu katakan tadi (tidak menyedekahkannya).!” 

Seakan-akan Muhammad ibn Yusuf ingin balas dendam kepada Thaawus, ia kemudian membuat jebakan untuknya dengan cara menyediakan sebuah kantong kain berisi tujuh ratus dinar emas. Ia lalu memilih salah seorang bawahannya yang cerdik seraya berkata kepadanya, “Bawalah kantong kain ini kepada Thaawus ibn Kaisan dan perdayailah ia agar mau mengambilnya. Bila ia mengambilnya darimu, maka aku akan memberikan hadiah yang banyak untukmu, memberi pakaian dan mengangkatmu sebagai orang dekatku.” 

Orang tersebut keluar membawa kantong kain itu lalu mendatangiThaawus di sebuah desa dekat dengan Shan’a yang bernama al-Janad’ dimana ia tinggal di sana. 

Sesampainya ia di sisinya, ia mengucapkan salam dan berlemah lembut kepada Thawus. Ia berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdirrahman, ini nafkah yang dikirim Amiruntukmu.” 
“Aku tidak membutuhkannya!” kata Thaawus. 

Dengan berbagai cara ia merayunya agar mau menerimanya, namun ia tetap menolak. Ia pun berusaha menundukkannya dengan berbagai hujjah (argumen), namun ia menolak. 

Tidak ada jalan lain baginya kecuali memanfaatkan kelengahan Thaawus. Di saat Thaawus lengah, ia melemparkan kantong kain tersebut ke lubang jendela yang terdapat dalam dinding rumahnya. Ia lalu pulang kembali kepada Amirseraya melaporkan, “Thaawus telah mengambil kantong tersebut, Wahai Amir.” 

Muhammad ibn Yusuf gembira atas hal itu dan memdiamkannya untuk beberapa waktu. Setelah berlalu beberapa hari, ia mengutus dua orang pembantunya dan bersamanya orang yang telah membawa kantong kain kepada Thaawus. Ia menyuruh keduanya untuk berkata kepadanya, “Sesungguhnya utusan Amir telah salah dalam memberikan harta kepadamu, sebenarnya itu untuk orang lain. Kami datang untuk mengambilnya kembali darimu dan membawanya kepada pemiliknya.” 

Thaawus menjawab, “Aku tidak pernah mengambil sedikitpun harta Amirtersebut hingga harus mengembalikannya kepadanya.” 
“Tidak, engkau memang telah mengambilnya,” keduanya berkata. 
Ia (Thaawus) menoleh kepada orang yang telah membawa kantong kain itu kepadanya sambil berkata, “Apakah aku telah mengambil sesuatu darimu?” 

Orang tersebut ketakutan dan bingung, lalu berkata, “Tidak, akan tetapi aku telah meletakkan harta tersebut di lubang jendela dalam rumahmu pada saat engkau lengah.” 

“Kalau begitu, silahkan saja lihat ke lubang tersebut!” kata Thaawus. 
Keduanya melihat ke dalam lubang yang ditunjuk Thaawus dan menemukan kantong kain tersebut dalam keadaan semula bahkan telah diselubungi jaring-jaring rumah laba-laba. Keduanya lalu mengambilnya dan kembali membawanya kepada Amir

Seakan-akan Allah ingin membalas Muhammad ibn Yusuf atas perbuatannya ini dan menjadikan pembalasannya dilihat dan disaksikan oleh orang banyak. Bagaimana itu terjadi? 

Thaawus ibn Kaisan menceritakan, 
“Saat aku berada di Mekkah menunaikan haji. Al-Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqafi mengutus seseorang kepadaku. Ketika aku masuk menemuinya, ia menyalamiku dan mendekatkan tempat dudukku darinya. Ia melemparkan bantal kepadaku dan memintaku untuk bersandar padanya. Lalu ia menanyaiku masalah-masalah yang pelik baginya dalam manasik haji dan masalah lainnya. 

Di saat kami seperti itu, al-Hajjaj mendengar seseorang yang bertalbiyah di sekitar Ka’bah, ia mengeraskan talbiyahnya, dan intonsinya tinggi sehingga menggetarkan hati. Al-Hajjaj berkata, “Bawalah orang yang bertalbiyah ini kepadaku.” 

Ia pun didatangkan kepadanya dan ditanya, “Dari mana kamu?” 
“Dari kaum muslimin” jawabnya. 
“Aku tidak menanyaimu tentang hal ini, akan tetapi aku bertanya tentang negerimu”, kata al-Hajjaj. 

Ia menjawab, “Dari penduduk Yaman.” 
“Bagaimana kamu meninggalkan pemimpinmu (maksudnya saudaranya, Muhammad bin Yusuf),?” tanya al-Hajjaj. 

Ia menjawab, “Aku tinggalkan dia dalam keadaan besar, gemuk, banyak pakain, banyak berkendaraan dan banyak bepergian.” 
“Bukan tentang ini aku bertanya kepadamu,” kata al-Hajjaj. 

“Kalau demikian tentang apa engkau bertanya kepadaku,?” katanya. 
Al-Hajjaj menjawab, “Aku bertanya tentang sepak terjangnya di antara kalian.” 
Ia menjawab, “Aku tinggalkan dia sebagai orang yang banyak berbuat zhalim dan sangat zhalim, taat kepada makhluk dan berbuat maksiat kepada Khaliq.” 

Wajah al-Hajjaj berubah merah karena malu terhadap orang-orang yang hadir di majlisnya. Ia berkata kepada orang tersebut, “Apa yang menyebabkanmu mengatakan tentangnya apa yang telah kamu katakan tadi, sedangkan kamu tahu kedudukannya dariku?.” 

Ia menjawab, “Apakah kamu melihatnya dengan kedudukannya darimu lebih mulia daripada aku dengan kedudukanku dari Allah SWT?! Aku adalah delegasi rumah-Nya (Ka’bah), yang membenarkan Nabi-Nya dan Qadhi (pelaksana) agama-Nya.” 
Al-Hajjaj terdiam dan tidak mengucapkan jawaban sepatah kata pun.” 

Thaawus melanjutkan, “Tidak lama kemudian orang tersebut bangkit dan pergi tanpa meminta izin atau dipersilahkan pergi. Aku lalu berdiri mengikutinya di belakang. Aku berkata dalam diriku, “Sesungguhnya ia orang shalih, ikuti dan temuilah ia sebelum kumpulan orang melenyapkannya dari pendangan matamu.” Aku lalu mengikutinya. Aku menemukannya telah berada di Ka’bah dan bergelayut di kainnya. Ia menempelkan pipinya pada dindingnya seraya mulai berkata, “Ya Allah kepada-Mu aku berlindung, dengan pengawasan-Mu aku membentengi diri. Ya Allah jadikanlah aku tenteram kepada kedermawanan-Mu, ridha dengan jaminan-Mu, terhindar dari kekikiran orang-orang yang bakhil, merasa cukup terhadap apa yang dimiliki yang egois. Ya Allah aku memohon kepada-Mu pertolongan-Mu dalam waktu dekat, kebaikan-Mu yang lama dan kebiasaan-Mu yang baik wahai Rabbul’aalamin.” 

Kemudian gelombang manusia pergi bersamannya hingga menyembunyikannya dari penglihatanku. Maka, aku merasa yakin bahwa tidak ada jalan untuk berjumpa dengannya setelah itu. 

Hingga di saat sore hari Arafah aku melihatnya telah bertolak bersama manusia. Aku mendekatinya, dan ternyata ia berkata, “Ya Allah, bila Engkau belum menerima hajiku, kelelahan dan keletihanku, maka janganlah Engkau menghalangiku dari pahala atas musibahku, yaitu dengan cara Engkau tidak mengabulkanku.” 

Ia pergi dalam kerumunan manusia hingga kegelapan menutupinya dariku. 
Setelah berputus asa untuk berjumpa dengannya, aku berkata, “Ya Allah terimalah doaku dan doanya...kabulkanlahlah harapanku dan harapannya, mantapkanlah kakiku dan kakinya pada hari tergelincirnya kaki-kaki manusia. Kumpulkan aku bersamanya di telaga Kautsar wahai Dzat Yang Paling Mulia.” 


* Thaawus adalah burung yang indah bentuknya, panjang lehernya dan bagus ekornya (burung Merak). Banyak dari para ulama dan orang shalih yang menggunakan nama tersebut. 
** Wahb ibn Munabbih seorang tabi’i keturunan Yaman dan Persia, ia orang yang paham terhadap berita-berita ahlul kitab 
*** Thailasan adalah jubah yang berwarna hijau, mahal harganya dan di pakai oleh orang-orang tertentu 

Selasa, 25 Januari 2011

Seniman "Mr Rubbish" Ajak Masyarakat Hargai Sampah

Monday, April 26 2010 09:17 WIB | Bali Update | Dibaca 145 kali
Denpasar (Antara Bali) - Seniman patung asal desa seni Ubud Nyoman Subandi yang biasa dipanggil "Mr Rubbish" mengajak masyarakat untuk menghargai sampah dengan tidak membuang atau membakar secara sambarangan.

"Sampah itu memiliki nilai tinggi juga kalau didaur ulang. Kebetulan saya sendiri mendaur ulang sampah untuk menghasilkan karya seni dalam berbagai bentuk," kata Nyoman Subandi di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin.

Alumni Akademi Bahasa Asing Yogyakarta itu mengemukakan, selain berkarya, dirinya juga membuka kelas singkat bagi siswa dan masyarakat yang ingin belajar mendaur ulang sampah untuk dibuat menjadi karya seni, seperti patung gajah, kura-kura, dan lainnya.

Ia mengaku ingin mendidik masyarakat untuk peduli lingkungan lewat karya seni. Meskipun masyarakat di dalam negeri belum banyak yang mau mengapresiasi karya seni hasil sampah daur ulang, namun dirinya terus berkarya.

"Selama ini yang banyak mengapresiasi karya saya adalah wisatawan asing dari Australia, China dan Jepang. Mereka sangat apresiatif karena tahu bahwa karya saya ini dibuat dari bahan sampah sehingga mendukung upaya pelestarian lingkungan," ujarnya.

Menurut dia, sebetulnya berkarya dengan menggunakan sampah sangat menguntungkan karena dirinya tidak perlu membeli bahan. Ia cukup mencari kertas bekas di tempat sampah atau membeli kepada pelanggan koran dengan harga murah.

"Dengan biaya murah, bahkan sama sekali tanpa biaya, karya seni ini bisa dijual mahal. Saya menjual hasil karya ini bisa Rp200 ribu atau Rp350 ribu. Untuk masyarakat Indonesia, memang terbilang mahal, tapi bagi wisatawan justru menarik," katanya.

Seiring perjalanan waktu semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, ia yakin karyanya semakin mendapat tempat di masyarakat lokal dan bukan hanya di kalangan warga asing.

Menurut dia, berkarya dengan kertas daur ulang tidak membutuhkan pengerjaan rumit karena hanya mengandalkan cuaca untuk menjemur karyanya yang terbuat dari kertas yang ditumbuk. Ia bersama satu asistennya setiap hari berkarya.

"Meskipun cuaca mendung, tidak akan mengurangi kualitas patung-patung ini. Cuma waktu keringnya saja yang lebih lama, tapi kualitasnya sama," katanya.(*)



Sumber: www.bali.antaranews.com/berita/4329/seniman-mr-rubbish-ajak-masyarakat-hargai-sampah

Senin, 24 Januari 2011

Si Tukang Kayu


Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan bangunan, konstruksi perumahan. Ia menyampaikan keinginan itu pada pemilik perusahaan. Tentu saja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah, ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu meminta permintaan terakhir pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu, " katanya, "hadiah dari kami."
Betapa terkejutnya si tukang kayu itu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa rumah yang dikerjakannya adalah rumah untuk dirinya sendiri, tentu ia akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri. Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.
Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu, dan rumah yang sedang dibangun adalah kediaman akhir kita. Setiap hari kita memotong, memasang papan, memaku, mendirikan dinding serta membuat atap adalah ibadah dan amalan kita. Jika kita membangun dan melakukan dengan keterpaksaan karena wajib kita kerjakan atau karena tidak enak dengan lingkungan kita, maka hal itu akan membuat kita lelah menjalankannya.
Ada diantara kita yang karena tahu akan menghakhiri purna tugasnya, justru melakukan pekerjaan ala kadarnya dan tidak sepenuh hati. Ironisnya, sebagian malah baru mau beribadah untuk mengingat Allah bila telah memasuki usia senja, itu masih lumayang. Lebih celaka jika usia telah matang dan modal materi sangat cukup malah sedang getol-getolnya maksiat. Pesan yang dapat diambil adalah mari kita selesaikan rumah yang kita bangun dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya memiliki waktu singkat, maka dalam kesingkatan itu kita pantas untuk hidup dengan prestasi duniawi dan ukhrowi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Firman Allah dalam Surat Al Baqarah (QS. 2:100), “....Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah....”. Dalam ayat lain “...... Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS.2: 158). Selanjutnya “.....Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;...”. (QS. Al Muzzammil, 73: 20). Hari perhitungan adalah kepunyaan Allah, bukan milik kita, karenanya pastikan kitapun akan masuk dalam barisan kemenangan. Allaaha ma’al-ladziinattaqaw wal-ladzina hum muhsinuun. Amin.
Sumber : Pesan Hari Ini - www.rajaebookgratis.com

Jumat, 21 Januari 2011

SOAL ALJABAR




1.             Bilangan riil berapakah yang sama dengan pangkat tiganya?
2.             Tulislah 4*10-2 sebagai pecahan desimal. 
3.             Tulislah 0.12*10-3 sebagai pacahan desimal. 
4.             Tulislah 2 log3 x + log3 5 sebagai bentuk logaritma tunggal. 
5.             Faktorkan bentuk aljabar : 6x2 - 21xy + 8xz - 28yz. 
6.             Faktorkan bentuk aljabar : (x - 1)2 - (y - 2)2
7.             Faktorkan bentuk aljabar : x2 - z4

8.             Tentukan nilai dari |-2x - y + 3| untuk x = 3 dan y = 5 
9.             Sederhankan bentuk aljabar : -2(x - 3) + 4(-2x + 8) 
10.         Sederhanakan bentuk : (x + 3)(x - 3) - (-x - 9) 
11.         Sifat apakah yang dipakai dalam penjabaran bentuk : a(x + y) = ax + ay 
12.         Sederhanakanlah 8 x3 / 2 x-3 
13.         Sederhanakanlah (-a2b3)2(c2)0 
14.         Untuk nilai k berapa, sehingga titik (-2, k) terletak pada garis dengan persamaan -3x + 3y = 4? 
15.         Untuk nilai a berapa sehingga sistim persamaan berikut tidak punya penyelesaiaan?

2x + 6y = -2
-3x + ay = 4
16.         Manakah dari persamaan berikut yang berhubungan dengan tabel? 

A.             y = - x/4 - 4
B.             y = - x/4 + 4
C.             y = - 4x - 4
D.            y = - 4x + 4
17.         Manakah diantara persamaan berikut yang menunjukan luas gambar berikut
A.             Luas = 2(x+1) + 2(x-1)
B.             Luas = 4(x+1)(x-1)
C.             Luas = 2x2
D.            Luas = x2 - 1
18.         Persamaan garis manakah yang melalui titik (1, -1) dan (3, 5)? 
A.             -2y -6x = 0
B.             2y = 6x - 8
C.             y = 3x + 4
D.            y = -3x + 4
19.         Selesaikan persamaan : 2|3x - 2| - 3 = 7. 
20.         Selesaikan persamaan : (1/2)x2 + mx - 2 = 0. 
21.         Untuk nilai k berapakah sehingga -x2 + 2kx - 4 = 0 hanya mempunyai satu penyelesaian real? 
22.         Untuk nilai b berapakah, sehingga persamaan x2 - 4x + 4b = 0 memiliki dua penyelesaian? 
23.         Fungis f ditentukan dengan persamaan f (x) = -x2 + 7. Tentukan himpunan penyelesaian F(x) dengan x = {1, 5, 7, 12}? 
24.         Tentukan panjang dan lebar sebuah persegi panjang yang kelilingnya 160 cm dan panjangnya adalah tiga kali lebarnya. 

25.         Sederhanakanlah: |-x| + |3x| - |-2x| + 3|x| 
26.         Jika (x2 - y2) = 10 dan (x + y) = 2, Tentukan x dan y. 

Rabu, 19 Januari 2011

Resep Tradisional Untuk Menghilangkan/Mengobati Jerawat

 Jeruk Nipis dan Belirang
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit di wajah yang sering diderita orang. Karenanya banyak orang yang terganggu penampilan dan kepercayaan dirinya akibat jerawat. Baik pria atau wanita mengalaminya. Banyak faktor penyebabnya, mulai dari masalah hormon, kebersihan kulit muka sampai karena stress atau makanan yang tidak sehat dan tidak teratur pun bisa menyebabkan jerawat

Salah satu cara menghilangkan jerawat secara alami adalah dengan menggunakan bahan alami seperti jeruk nipis. Cara membuatnya yaitu belirang sebanyak kurang lebih ½ sendok makan, dilembutkan dengan air jeruk nipis yang dibelah. Setelah lembut untuk menghilangkan baunya teteskanlah sedikit minyak wangi. Kemudian oleskanlah pada muka Anda yang terkena jerawat, maka Jerawat akan sembuh.

Tomat
Penyakit jerawat sering mengganggu penampilan dan kepercayaan diri seseorang karena kulit wajah menjadi tidak sehat dan cenderung merusak wajah. Beberapa faktor penyebabnya antara lain karena kebersihan kulit muka yang tidak terjaga, stress, makan makanan yang tidak sehat dan tidak teratur, masalah gangguan hormon dll.
Menghilangkan jerawat tidak harus dengan obat-obatan kimiawi atau pergi ke dokter kulit muka yang mahal biaya perawatannya. Salah satu caranya adalah dengan cara yang alami seperti menggunakan tomat. Cara membuatnya yaitu tomat yang masak diiris-iris kecil, kemudian menjelang akan tidur di malam hari balurkan ke bagian muka yang terkena jerawat dan bila sering dilakukan niscaya akan sembuh. Selamat Mencoba dan semoga berhasil menghilangkan jerawat yang ada di wajah anda.

Kencur dan Temulawak
Kulit yang berjerawat memang sangat menggangu penampilan dari wajah seeorang. Baik pria atau wanita sering mengalaminya. Banyak faktor yang menyebabkannya mulai dari masalah gangguan hormon, kebersihan kulit muka sampai akibat stress dan makan makanan yang tidak sehat pun bisa menyebabkan jerawat.
Salah satu cara menghilangkan jerawat yaitu dengan menggunakan bahan yang alami seperti kencur dan temulawak. Cara membuatnya yaitu kencur (10 gr) dan temulawak (10 gr) yang sudah diparut, ditumbuk halus bersama dengan asam, jinten dan gula, serta diberi air secukupnya lalu diseduh dengan air panas. Kemudian diminumkan setiap pagi hari dan pada malam harinya muka yang terkena jerawat digosok dengan jeruk nipis. Setelah itu keesokan harinya, cuci muka sampai bersih. Bila dipraktekkan secara terus menerus, maka jerawat akan hilang. Selamat mencoba.

Daun Sirih (Herbal)
Anda sering berjerawat, tentunya sangat menggangu sekali, terutama bagi Anda yang mementingkan penampilan dan kebersihan wajah. Banyak faktor penyebab jerawat diantaranya adalah masalah gangguan hormon, kebersihan kulit wajah yang tidak terjaga, stress, makan makanan yang tidak sehat, pola makan yang tidak teratur dll. Anda tidak perlu khawatir dengan obat-obatan kimia yang sering tidak cocok ataupun harus ke dokter kulit muka yang memerlukan biaya yang mahal.
Untuk menghilangkan jerawat bisa menggunakan cara yang alami dengan bahan alami seperti daun sirih. Cara membuatnya yaitu lumatkanlah beberapa daun sirih, kemudian tempelkan pada muka yang terkena jerawat, bila telah mengering diulangi kembali dengan daun sirih yang baru. Lakukanlah secara terus menerus dan teratur sebelum tidur di malam hari, maka dalam tempo hanya satu minggu, Anda akan terbebas dari jerawat. Selamat mencoba resep tradisionil ini semoga lekas sembuh.
Sumber : Perpustakaan Online

Ciri Obat yang Harus Dibuang

 Setiap obat-obatan medis pasti memiliki masa kadaluarsa yang hanya bisa digunakan sebelum tanggal kedaluarsa. Setelah tanggal kedaluwarsa (expired), maka obat-obatan itu harus segera dibuang dan tidak boleh dimanfaatkan lagi karena dianggap sudah tidak mampu memberikan efek masksimal serta dianggap sudah mengandung racun yang membahayakan kesehatan pengguna obat-obatan tersebut. Setiap obat harus disimpan di tempat yang baik agar tidak terkontaminasi lingkungannya.
Berikut ini adalah ciri-ciri, tanda-tanda, kriteria obat yang wajib dibuang :

1. Kedaluarsa (Lewat Batas Tanggal Masa Berlaku)
Apabila sudah melewati batas waktu yang tertulis pada bungkus kemasan obat, maka segera buang obat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat mengkonsumsi obat yang tidak dijamin khasiat atau keamanannya.
2. Telah Disimpan Cukup Lama
Jika tidak terdapat tanggal kadaluwarsa, maka anda bisa mengira-ngira kapan pertama kali anda memasukkan obat tersebut ke dalam tempat penyimpanan. Jika sudah lebih dari setahun dan tidak ada keterangan apa-apa mengenai tanggal kedaluarsa maka sebaiknya obat-obatan tersebut dibuang saja.
3. Terjadi Perubahan Bentuk Fisik dan Rasa
Jika setelah kita teliti lebih lanjut ternyata obat tersebut telah mengalami perubahan fisik baik bentuk, rasa, aroma, penampilan, dan lain sebagainya yang tidak sama dengan kondisi normal maka sebaiknya dibuang saja.
4. Sisa Bekas Dipakai Penderita Penyakit
Obat yang masih sisa setelah digunakan oleh penderita penyakit sesuatu maka sebaiknya dibuang saja karena mungkin telah terkontaminasi oleh bibit penyakit penderita. Biasanya obat dalam bentuk sirup atau obat yang tidak dikemas steril secara satuan.
5. Segel Sudah Terbuka / Bungkus Telah Terbuka Lama
Jika segel atau bungkus obat telah terbuka baik secara sengaja maupun tidak sengaja, maka harus segara dimakan obatnya. Obat yang sudah berada di lingkungan di luar kemasannya anggap saja hanya bisa bertahan tidak lama, dan setelah itu kualitasnya menurun drastis.
6. Obat Palsu
Obat yang sudah kita ketahui kepalsuannya jangan dikonsumsi dan segera laporkan kepada pihak yang berwajib atau buang saja. Walaupun aspal (asli tapi palsu), tetap saja palsu dan kemungkinan besar dapat memberikan dampak buruk bagi orang yang menggunakannya.
=====
Dalam membuang obat harap berhati-hati jangan sampai obat tersebut kemudian disalahgunakan oleh pihak-pihak yang menemukannya. Sebelum diletakkan ke tempat sampah sebaiknya isi obat kita hancurkan atau musnahkan terlebih dahulu sehingga tidak memungkinkan untuk dikonsumsi lagi oleh manusia. Contoh misalnya isi obat sirup dibuang ke got lalu bungkusnya setelah kosong dibuang ke tempat sampah.
Sumber : Perpustakaan