Aktivitas ini melatih keseimbangan motorik dan membuatnya percaya diri serta cerdas.
Di usia batita, perkembangan motorik kasar lagi pesat-pesatnya. Itu sebab, si kecil akan melakukan aktivitas apa saja yang menggunakan otot-otot besarnya, termasuk naik-turun tangga. Malah, naik-turun tangga merupakan salah satu tahapan perkembangan motorik kasar. Seperti dikatakan dra. Betty DK. Zakianto, Msi., "Setiap anak akan melalui tahap ini, karena naik-turun tangga sama dengan tahapan perkembangan ketika anak mulai merangkak, merambat, berdiri, lalu berjalan."
Setelah tahap berdiri, yaitu sekitar usia 13 bulan, anak mulai suka memanjat sesuatu (climbing). Nah, salah satu yang disukai adalah naik-turun tangga ini. "Jadi, enggak heran kalau anak batita begitu terobsesi sekali bila melihat tangga," tambah staf pengajar di Bagian Psikologi Pendidikan, Fakultas Psikologi UI ini.
Sayang, banyak orang tua tak memahaminya, hingga yang muncul adalah larangan demi larangan, "Jangan manjat-manjat, nanti jatuh!", atau "Jangan naik tangga, nanti tergelincir!", dan sebagainya. Memang, sih, kadang gerakan-gerakan si kecil tampak cukup membahayakan karena biasanya ia bisa naik tapi tak bisa turun. Ini yang membuat orang tua sering "senam jantung". Meskipun sebetulnya memang baru sampai disitulah tahapannya. Setelah usia 3 tahun, barulah anak umumnya bisa menuruni tangga sendiri.
JADI CERDAS
Menurut Betty, jika perkembangan motorik kasar anak sedang berkembang pesat, maka perkembangan inilah yang harus lebih diutamakan dengan memberinya kesempatan untuk mengembangkannya. Soalnya, bila anak menguasai perkembangan motorik kasar dengan baik, motorik halusnya juga akan berkembang baik karena keduanya saling berkaitan.
Dengan naik-turun tangga, anak mencoba keseimbangan motorik kasarnya dan melatih otot-otot tubuhnya untuk aktif bergerak. Selain itu, ketika anak naik tangga, ia membutuhkan koordinasi yang matang. Misal, ketika ia berupaya menggapai anak tangga berikut, ia memerlukan koordinasi antara indra penglihatan dengan koordinasi tangan dan kaki. Hingga, koordinasi alat-alat indranya juga jadi kian matang.
Ini berarti, kesempatannya bereksplorasi juga tambah meluas. Nah, bila si kecil sering bereksplorasi, kemampuan berpikirnya ikut terasah. Bukankah ini berarti meningkatkan kecerdasannya pula? Selain itu, aktivitas naik-turun tangga juga mempertebal keberaniannya. Bukankah anak tangga yang dinaikinya lama-kelamaan makin tinggi? "Nah, perasaan mampu ketika melakukannya akan meningkatkan rasa percaya diri dan harga dirinya sebagai individu."
BERI KESEMPATAN
Saran Betty, beri kesempatan pada si kecil untuk melakukan aktivitas yang satu ini, guna melatih kemampuan motorik kasarnya. "Larangan orang tua cuma akan menghambat perkembangannya." Kita pun dianjurkannya agar tak usah kelewat cemas, karena kecemasan kita yang berlebihan akan menghambat dalam menumbuhkan keberanian si kecil untuk beraktivitas. Padahal, kemampuan motorik kasar bisa berkembang optimal hanya bila anak berani melakukannya.
Yang penting, lanjut Betty, sediakan lingkungan aman dan nyaman buat si kecil bergerak bebas, lalu dampingi ia kala melakukan aktivitasnya. "Bila sedang tak ada yang mengawasi, sementara di rumah ada tangga, kita bisa menggunakan penutup tangga berbentuk pagar yang tak permanen yang banyak dijual di pasaran. Jadi, anak tetap aman."
Tak kalah penting, "jangan marahi anak!" Bukan berarti kita tak boleh menegurnya, lo. Asalkan cara penyampaiannya tepat, enggak apa-apa, kok. Tentu saja, pendekatan yang pas juga amat tergantung pada karakter dan usia anak. Namun begitu, apa pun karakternya, teguran haruslah dilakukan dengan cara akrab dan bersahabat serta nada yang memahami.
"Bila anak sudah bisa diajak bicara, ajak dia mengobrol, 'Kalau Adik mau naik-turun tangga, harus berpegangan, ya.' Atau 'Kalau Adik naik-turun tangga terus nanti capek, lo. Kalau capek, nanti Adik bisa jatuh. Jadi, kita istirahat dulu ya'. Biasanya kalau diajak bicara, anak akan mengerti kok." Begitupun bila kita masih merasa lelah sepulang kerja sementara si kecil ingin naik-turun tangga, kita bisa katakan, "Nanti, ya, Sayang. Bunda mandi dulu. Setelah mandi, Bunda akan menemani Adik naik tangga."
Jika melihat si kecil mau jatuh, kita perlu memperhatikan penyebabnya. "Mungkin cara dia naik meloncati dua anak tangga sekaligus. Atau, karena ketika naik, ia selalu berlari. Dari sini kita bisa mengajarkan cara yang benar, 'Pegangnya di sini, Nak, lalu naiknya satu-satu.'"
Agar ia mau pelan ketika naik tangga, bisa dengan cara menghitung atau kalau perlu suruh bernyanyi, "Lagunya habis sampai mana, ya? Ah, kalau lagunya belum habis, udah sampai atas, enggak seru!" Ini akan membuatnya memperlambat langkahnya. Jadi, macam-macamlah cara membuat si kecil menuruti kemauan kita. Bukankah menjadi orang tua, kita harus kreatif? (Tabloid Nova)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar