Dalam kehidupan sehari-hari terkadang dijumpai kisah unik yang secara nalar tidak mungkin terjadi, namun bila Sang Pencipta berkehendak segala yang tidak mungkin akan menjadi sangat mungkin. Seperti kisah berikut ini. Pada suatu hari sepasang suami istri tengah asyik membaca koran di ruang tamu rumahnya, tidak beberapa lama saat mereka hendak meminum tehnya, tiba-tiba terdengar Assalamu’alikum.. di depan pintu rumah, setelah dibukakan pintu ternyata seorang pengemis. Melihat keadaan pengemis itu, si istri merasa terharu dan bermaksud hendak memberikan sedekah kepada pengemis tersebut, seraya meminta izin kepada suami terlebih dahulu, namun suami malah berkata lantang ; “Tidak usah ! Usir saja dia nanti kebiasaan..”. Maka si istripun mengurungkan niatnya, dan pergilah si pengemis tersebut dari rumah tersebut.
Pada suatu ketika ternyata bisnis sang suami itu jatuh bangun dan akhirnya bangkrut, seluruh kekayaannya habis ludes untuk menutup kewajiban hutangnya, termasuk rumahpun disita oleh pihak bank. Selain itu, hubungan keduanya retak, karena sudah lama tidak ada kecocokan akibat perangai sang suami, akhirnya rumah tangga merekapun berakhir dengan perceraian. Sang istri masih bisa hidup lumayan, karena orang tuanya masih sanggup menanggung kesulitan anak perempuannya, namun sebaliknya mantan suami tak jelas rimbanya. Beberapa tahun kemudian sang istri ternyata telah menikah kembali dengan seorang pedagang di kota lain dimana suami barunya melakukan usaha, mereka cukup bahagia karena akhlak sang istri yang baik ditunjang dengan penampilannya yang lebih menutupi auratnya sehingga membuat orang lain jika melihatnya akan “pangling” dan lebih menyejukkan, diimbangi dengan kerendahan hati dan sikap santun sang suami.
Pada suatu hari saat mereka sedang makan siang, tiba-tiba terdengar suara pintu rumahnya diketuk seseorang. Setelah pintunya dibuka ternyata seorang pengemis yang sangat mengharukan si istri. Maka wanita itu berkata kepada suaminya “Wahai suamiku, bolehkan aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini...?. Suaminya menjawab, “Berikanlah ia makanan yang baik”.
Setelah memberikan makan siang kepada pengemis itu, dan pengemispun telah pergi, istrinya masuk ke dalam kamar sambil menangis. Lantas sang suami pun menyusulnya ke kamar dan menanyakan penyebab ia menangis, dengan perasaan heran si suami bertanya “Mengapa kamu menangis, sayang...? apakah engkau menangis karena ada ucapanku yang menyinggungmu ?. Si istri menggeleng halus, lalu iapun berkata lirih ditengah derai airmatanya, “Wahai suamiku yang baik, aku sedih dengan perjalanan takdir yang menakjubkan hatiku. Tahukan engkau, siapa pengemis itu tadi...?, dia adalah mantan suamiku yang pertama dulu...”. Mendengar ungkapan hati istrinya, sang suami cukup terkejut, tetapi ia segera balik bertanya kepada sang istri, “Dan engkau, tahukah kamu siapa aku yang menjadi suamimu kini...”. Tanpa menunggu jawaban sang istri, sang suamipun berkata lirih ; “Aku adalah pengemis yang dulu diusir oleh mantan suamimu”.
Itulah kehidupan dunia, mungin kita tidak tahu saat ini apakah sedang menaiki anak tangga pertama, pertengahan atau di puncak tangga karir kehidupan, segala sesuatunya sangat mungkin terjadi seperti halnya kisah di atas seiring dengan berputarnya bumi pada garis edarnya dan bergantinya siang dengan malam. Takdir, itulah kata kuncinya, Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu sebagaimana firmanNya ; “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus, 10: 107).
Hal yang dapat kita lakukan adalah meluruskan niat atas segala pekerjaan karenaNya, meningkatkan ikhtiar untuk mencari ridhoNya, dan menyerahkan segala urusan kepadaNya. Semoga kita menjadi orang-orang yang tawakal dalam menghadapi segala peristiwa yang terjadi seraya merendahkan jiwa dan raga kita kepada Sang Ilahi bahwa kita adalah hambaNya yang tiada berdaya atas iradahNya. Inna robbakka fa’aalul limaa yuriid. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar