Oleh: Inne Kristanti
Abstrak
Pada mulanya bertanam sayur di pekarangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan memanfaatkan halaman rumah
yang tersisa, sehingga kegiatan ini banyak dikembangkan di pedesaan. Namun saat ini budaya bertanam sayuran di pekarangan ternyata juga disukai kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan. Memang bukan untuk pemenuhan gizi keluarga yang jadi tujuan utama, melainkan lebih sekedar untuk menyalurkan hobi. Kegiatan ini cukup bermanfaat terutama jika kebutuhan rempah atau sayuran yang mendesak.
Daerah perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan pekarangan maka bertanam sayuran dapat dilakukan di dalam pot atau dilakukan secara vertikultur. Dalam pemanfaatan pekarangan menjadi taman sayura sapek budidaya dari tanaman tetap harus diperhatiakan. Dengan demikian tujuan dari pemanfaatan pekarangan berapa pun luasannya akan memberikan hasil yang optimal.
Kata Kunci: Optimalisasi, Pekarangan, Produktifitas
I. PENDAHULUAN
Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik nyaman dan sehat serta menyenangkan sehingga membuat kita betah tinggal di rumah.
Pekarangan rumah kita dapat kita manfaatkan sesuai dengan selera dan keinginan kita. Misalnya dengan menanam tanaman produktif seperti tanaman hias, buah, sayuran, rempah-rempah dan obat-obatan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani (Anonim, 2009). Taman indah di sekitar rumah akan mampu membangkitkan semangat dan memberi inspirasi bagi yang memandang. Sebuah pepatah Cina kuno”Apabila ingin bahagia selama hidup, buatlah taman yang indah”.Pepatah ini ada benarnya mengingat arti penting taman dalam sebuah rumah tinggal (Supriati, dkk 2008).
Taman sayur merupakan contoh taman yang multifungsi. Di satu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan (Supriati, dkk 2008). Bahkan jika jumlahnya cukup banyak bisa dijual yang akan memberikan keuntungan ekonomis. Martha Stewart juga melakukan usaha berkebun sayuran di pekarangan yang terdapat di belakang rumahnya di kawasan Bedford, Cantitoe Corners sejak tahun 2001. Stewart berpendapat yang dibutuhkan setiap hari adalah makanan, sehingga beliau tidak membuat taman bunga di pekarangan rumahnya (Stewart dalam LIVING, 2010).
Selain dari manfaat estetis dan produktif dari taman sayur ada manfaat lain yang bisa kita peroleh. Dengan taman sayur di pekarangan kita ikut mendukung gaya hidup hijau yang merupakan suatu usaha untuk mengatasi laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari rumah kita (Anonim, 2010). Sebagaimana kita tahu tumbuhan pada siang hari berfotosintersis dengan mengambil CO2 dari udara dan sebagai hasilnya tumbuhan melepaskan O2 ke udara. Jadi dengan menanam sayuran di pekarangan rumah dapat mengurangi konsentrasi CO2 yang semakin meningkatkan akibat emisi kendaraan bermotor yang lalu lalang di sekitar rumah kita. Dengan demikian kualitas udara di sekitar rumah kita menjadi lebih baik
II. PRODUKSI DAYURAN DI INDONESIA
Pada tahun 2002, konsumsi sayuran dan buah di Indonesia diperkirakan sekitar 59,2 kg/kapita/tahun. Bila dari konsumsi sayuran 15% di antaranya dibuang karena tidak diperlukan atau karena mengalami kerusakan, berarti konsumsi bersih dari sayuran tersebut hanya mencapai 47,5 kg/kapita/tahun atau sekitar 130,1g/kapita/hari. Angka ini masih di bawah standar internasional untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yakni di atas 150 g /kapita/hari. Angka ini belum cukup baik bila dibandingkan dengan konsumsi rata-rata masyarakat Asia 220 g/kapita/hari dan dunia sebesar 240 g/kapita/hari (Redaksi Trubus, 2009).
Tabel 1. Produksi dan luas Lahan Beberapa Jenis Sayuran Komersial di Indonesia tahun 2002.
Jenis Sayuran | Luas panen (Ha) | Produksi (ton) |
Bawang merah Bawang Putih Bawang daun Kentang Kubis Petsai/Sawi Wortel Lobak Kacang Merah Kacang Panjang Cabe Tomat Terung Buncis Mentimun Labu siam Kangkung Bayam | 78.615 7.051 37.475 55.942 1.088 58.909 43.787 17.210 26.516 145.084 44.674 53.344 24.854 46.764 7.107 28.928 31.425 75.815 | 643.463 58.219 364.914 859.948 15.098 1.276.816 500.805 258.980 63.536 684.184 702.624 315.199 214.518 549.064 105.050 204.387 147.231 516.960 |
Total | 766.598 | 7.480.996 |
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2002
Melihat produksi sayur Indonesia pada tahun 2002 yang hampir mencapai 7,5 ton (lihat tabel.1) sementara konsumsi sayuran mencapai 47,5 kg/kapita/tahun diperlukan 9,8 ton sayuran untuk lebih dari 206juta penduduk Indonesia. Dengan demikian dapat diduga bahwa kontribusi sayuran non-komersil dalam memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran mencapai 2,3 juta ton (Redaksi Trubus, 2009).
Dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh sayuran non-komersil tersebut dapat dipastikan bahwa usaha bertanam sayuran di halaman masih sangat diperlukan. Bagi masyarakat di pedesaan, bukan saja untuk memnuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga untuk menambah penghasilan keluarga. Karena hasil panen dapat dijual ke pasar. Kegiatan bertanam sayur di pekarangan saat ini telah menjadi alternatif penyaluran hobi yang banyak dilakukan ibu rumah tangga di kota.
III. KLASIFIKASI AREA PEKARANGAN
Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat dibagi menjadi:
- Daerah umum (public area). Taman yang kita buat dimaksudkan pada area ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar rumah kita.
- Daerah kesibukan (service area). Taman yag kita buat pada area ini adalah untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya. Pada area inipun dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain. Biasanya daerah ini diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.
- Daerah pribadi (private area). Daerah ini kita buat taman yang khusus untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinya tempat “bertukang”, melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping rumah.
- Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis dipekarangan bila pekarangannya luas (Irwan, 2008).
IV. KEUNTUNGAN PEKARANGAN PRODUKTIF
Berbagai keuntungan diperoleh dengan memanfaatkan pekarangan menjadi produktif secara konseptual adalah sebagai berikut:
- Banyak yang tidak menyadari akan potensi pekarangan sebagai penghasil (tambahan), seperti bahan pangan atau bahan obat-obatan bahkan ternak untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam rangka hidup sehat, murah dan mudah.
- Pemanfaatan pekarangan merupakan bagian dari pembangunan hutan kota, guna lingkungan yang nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (suistanable development), karena pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian ekosistem yang sangat baik.
- Jika setiap rumah mempunyai pekarangan yang indah serta terpelihara, sekaligus akan meningkatkan pembangunan hutan kota yang berbentuk menyebar dengan struktur yang berstrata akan meningkatkan kualitas lingkungan yang sejuk, sehat dan indah.
- Dengan membuat taman pekarangan, ini berarti akan dapat menyalurkan segala kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi semua anggota keluarga.
- Unsur utama dalam pemanfaatan pekarangan adalah tanaman, apakah itu tanaman hortikultura, obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah dan lainnya.
- Pemanfaatan pekarangan dengan taman pekarangan yang konseptual akan memberikan kenyamanan serta dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah terutama anggota keluarga, maupun siapa saja yang lewat disekitar rumah kita.
- Pemanfaatan pekarangan mengandung nilai pendidikan khususnya dapat mendidik anggota keluarga cinta lingkungan, juga pekarangan dapat menjadi laboratorium hidup (Irwan, 2008; Ginting, 2010).
V. PERENCANAAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
Berikut panduan perencanaan dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan:
1. Persiapan Media Tanam
Tahap ini merupakan tahap awal dalam berkebun. Jika pekarangan luas lahan perlu dibersihkan dari tanaman liar. Upayakan pembersihan lahan tidak menggunakan bahan kimia karena residunya dalam tanah akan mengurangi produktivitas tanah.
Media tanam untuk bertanam sayur harus mengandung unsur-unsur mineral dan bahan organik. Bila tanah berwarna gelap dan gembur, kita hanya perlu memberikan pupuk tambahan pada saat penanaman. Sedangkan bila tanah berwarna agak terang, pucat, dan padat maka kita perlu mengolahnya secara intensif dengan mencangkul untuk mengemburkan tanah dilanjutkan dengan memberikan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk kimia (TSP, KCl, dan Urea) secara berimbang (Andhika, 2009).
Untuk lahan sempit penanaman dalam pot dan vertikultur dapat menjadi alternatif. Yang perlu dilakukan adalah memilih pot yang sesuai dengan karakterisitik tanaman, sehingga ukuran dan porositas pot perlu diperhatikan.
2. Menentukan Jenis Tanaman
Pilihlah jenis tanaman yang bermanfaat bagi keperluan rumah tangga baik untuk obat atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan dapur (cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga (pepaya , pisang , jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam beragam jenis tanaman dengan maksud untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik misalnya tanaman mengkudu yang memiliki bentuk daun yang lebar, tanaman kencur dengan bentuk daun yang unik dan sebagainya.
Jenis sayuran yang akan ditanam harus ditentukan sejak awal agar hasil panenyang diperoleh akan memuaskan.
Tabel 2. Beberapa jenis sayuran yang dapat ditanam di pekarangan
Jenis sayuran | Nama Lokal | Nama Latin | Tipe Tanaman |
Sayuran Daun Sayuran buah Sayuran Bunga Sayuran Umbi dan batang | Bayam Beluntas Kangkung Katuk Kemangi Kol Mangkokan Melinjo Pepaya Sawi Seledri Bawang daun Bawang kucai Leunca Buncis Cabe Besar Cabe Rawit Gambas Kacang Panjang Kacang kapri Labu siam Leunca Pare Terung Tomat Mentimun Kembang kol Pepaya Talas Wortel | Amaranthus Sp. Pluchea indica Ipomea aquatica Sauropus androgynus Ocimus sanctum Brassica oleraceae Nothopanax Sp. Gnetum gnemon Carica papaya Brassica juncea Apium graveolens Allium ascolonicum Allium porrum Salanum nigrum Phaseolus vulgaris Capsicum annum Capsicum frustenscens Luffa acutangula Vigna sinensis Pisum sativum Sechium edule Salanum nigrum Momordica charantia Salnum melongena Solanum lycopersicum Cucumis sativus Brassica oleraceae Carica papaya Colocasia escilenta | Herba menahun/ semusim Perdu tegak Semak menjalar Perdu tegak Perdu tegak Herba Perdu Pohon Pohon Herba Herba Herba merumpun Herba merumpun Perdu Merambat Herba tegak Herba tegak Merambat Merambat Perdu Merambat Perdu Merambat Perdu Perdu merambat Merambat Herba Pohon Herba |
Sember: Redaksi Trubus, 2009
4. Tata Letak Tanaman
Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk ke areal kebun tetangga (Andhika, 2009) .
5. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos.
Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan pekarangan adalah dengan membuat kolam (Andhika, 2009). Tetapi umumnya tanaman sayur disiram 1-2 kali per hari untuk tanaman sayur dalam pot.
Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada tanaman. Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya pupuk organik cair , kompos dan pupuk kandang (Supriati, dkk., 2008).
Pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman di pot kemungkinan penularan penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh pot. Pada lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan hama dan penyakit secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat dibatasi. Hal ini akan membuat sayuran yang dihasilkan dari pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik (Prapanca, 2005).
6. Pemanenan
Sayuran perdu yang dipetik daunnya sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 35 – 40 hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan selang 3 – 4 hari. Namun berbeda denga bayam cabut dan kangkung darat dilakukan secara langsung dengan mencabut tanaman beserta akarnya. Jenis sayuran seperti kol, sawi, selada dipanen umur 2 – 3 bulan. Kacang-kacangan dipanen dengan melihat kondisi polong kacangnya. Cabe dan tomat dapat dipanen umur 45 – 50 hari setelah tanam. Labu siam dipanen antara 3 – 5 bulan setelah tanam. Tanaman yang tidak sekali panen jika pemeliharaannya baik dapat terus dipanen dalam waktu yang lama (Redaksi Trubus, 2009).
Tabel 3. Umur Panen pada Berbagai Jenis Sayur
Jenis Sayur | Umur Panen (bulan) |
Tomat Cabe Terong Bayam Kangkung Mentimun Labu siam Pare Wortel Seledri Brokoli Kol Sawi Pakchoi Petsai Selada Bawang Daun Kacang Panjang Kacang buncis Kacang kapri | 2 4 4 1-1.5 3 2 3 2,5 3 2-3 1,5-5 3-4 2 2,5 2,5 2 2,5 2-2,5 2,5 3-4 |
Sumber: Supriati, 2009
VI. SIMPULAN
Pekarangan rumah berapa pun luasannya dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga akan meningkatkan produktivitasnya. Pekarangan yang ditanami dengan sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar pada usaha mencukupi kebutuhan gizi keluarga. Dalam pemanfaatan pekarangan dengan sayuran harus diperhatikan juga aspek budidaya dari sayuran yang ditanam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Di dalam penulisan ini tentunya penulis tidak terlepas dari beberapa pihak yang ikut memberikan kontribusi besar dalam penyelesaian tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof, Urip Santoso,M.Sc, S.I.Kom,Ph.D, atas bimbingannya dalam penulisan ini.
2. Suamiku, untuk dukungannya.
3. Untuk Teman-teman di kantor, untuk bantuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Andhika J., 2009. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Optimal.http://www.kulinet.com/baca/pemanfaatan-lahan-pekarangan-secara-optimal/691/ diambil 27 September 2010
Anonim, 2009 Tips Green Living Sederhana. diambil 27September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar