Sebagian besar email sampah tahun lalu berasal dari India dan Indonesia. Pantauan perusahaan keamanan internet di Moskow, Kaspersky Lab, menununjukkan dari semua lalu lintas email global antara Juli hingga September tahun lalu, 79,8% di antaranya adalah sampah.
Dari jumlah tersebut, 14,8% email sampah dikirim dari India, 10,6% dari Indonesia, dan 9,7% dari Brasil. Darya Gudkova, analis di Kaspersky Lab mengatakan angka ini menunjukkan makin seringnya negara-negara di Asia dan Amerika Selatan dipakai sebagai tempat pengiriman email sampah.
Ia mengatakan kurangnya kesadaran tentang email sampah, minimnya peraturan, dan lemahnya penegakan hukum membuat para pengirim email sampah memilih negara-negara Asia seperti India dan Indonesia.
Vijay Mukhi, analis keamanan komputer di Mumbai mengatakan pengirim email sampah bisa bergerak dengan leluasa di India, sesuatu yang tidak mungkin mereka lakukan di negara-negara lain.
"Kami memiliki undang-undang teknologi informasi yang dibuat pada 2000. Namun sejauh ini tidak ada satu orang pun yang dikenai hukuman berdasarkan undang-undang tersebut. Kalau saya pengirim email sampah, pasti saya akan pilih India karena saya tidak akan ditindak," kata Mukhi.
Email sampah bisa masuk ke kotak surat para pengguna internet dan biasanya berisi pesan politik, permintaan sumbangan organisasi sosial, penipuan, tawaran obat palsu, surat berantai, atau berisi virus. India memiliki 112 juta pemakai internet, pengguna terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China.
Dari jumlah tersebut, 14,8% email sampah dikirim dari India, 10,6% dari Indonesia, dan 9,7% dari Brasil. Darya Gudkova, analis di Kaspersky Lab mengatakan angka ini menunjukkan makin seringnya negara-negara di Asia dan Amerika Selatan dipakai sebagai tempat pengiriman email sampah.
Ia mengatakan kurangnya kesadaran tentang email sampah, minimnya peraturan, dan lemahnya penegakan hukum membuat para pengirim email sampah memilih negara-negara Asia seperti India dan Indonesia.
Vijay Mukhi, analis keamanan komputer di Mumbai mengatakan pengirim email sampah bisa bergerak dengan leluasa di India, sesuatu yang tidak mungkin mereka lakukan di negara-negara lain.
"Kami memiliki undang-undang teknologi informasi yang dibuat pada 2000. Namun sejauh ini tidak ada satu orang pun yang dikenai hukuman berdasarkan undang-undang tersebut. Kalau saya pengirim email sampah, pasti saya akan pilih India karena saya tidak akan ditindak," kata Mukhi.
Email sampah bisa masuk ke kotak surat para pengguna internet dan biasanya berisi pesan politik, permintaan sumbangan organisasi sosial, penipuan, tawaran obat palsu, surat berantai, atau berisi virus. India memiliki 112 juta pemakai internet, pengguna terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China.
Sumber : Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar