Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) dalam laporannya menyebutkan, pada 2050 diprediksi sekitar 2 miliar orang di dunia akan berusia di atas 60 tahun. Angka ini melonjak tiga kali lipat dibanding pada 2000. Eropa menjadi kawasan yang memiliki populasi lanjut usia (lansia) tertinggi di dunia.
Demografi populasi lansia ini akan berdampak pada kondisi ekonomi global. Paling tidak, sejumlah negara akan menghadapi tingginya biaya jaminan kesehatan,menurunnya jumlah angkatan kerja,dan tingginya jaminan hari tua. Persoalan-persoalan tersebut jika tidak ditangani serius bakal memicu masalah sosial baru di masyarakat. Kecenderungan di negara yang lebih maju,sekitar 1 dari 4 orang saat ini berusia di atas 60 tahun. Pada 2050 angkat ini akan menjadi lebih dari 1-3 orang.
Di negara-negara terbelakang satu dari 20 orang kini berusia di atas 60 tahun, pada 2050 angka ini akan menjadi satu dari sembilan orang. Di samping itu, pada 2050 jumlah penduduk usia kerja yang ada di dunia untuk menanggung setiap orang yang berusia 65 tahun atau lebih tua akan menurun hingga separuhnya.Bandingkan dengan 1950, ada 12 orang usia kerja yang menanggung setiap orang yang berusia lebih dari 65 tahun di seluruh dunia.
Saat ini hanya ada tujuh orang dan pada 2050 diperkirakan hanya ada tiga orang. Kondisi ini akan menekan pembiayaan untuk pelayanan dukungan sosial dan pendanaan pensiun yang diselenggarakan pemerintah.Pendapat inilah yang dituangkan dalam Population Bulletin bertajuk Population Reference Bereau, “World Population Highlight, Key Findings for PRB 2010 World Population Data Sheet.
Karena itu, tidak heran jika sejumlah negara di dunia melakukan peningkatan program yang mendorong para lansia untuk tetap bekerja dan mendorong pengusaha untuk mempekerjakan– termasuk revisi kode pajak, reformasi sistem pensiun, insentif pelatihan, program kredit mikro, subsidi pelayanan kesehatan,dan fleksibilitas jadwal waktu kerja.
Sementara itu, situs Consumer News and Business Channel (CNBC) pertengahan Januari lalu melansir artikel tentang negara-negara yang memiliki jumlah populasi lansia tertinggi di dunia.Dalam artikelnya yang berjudul “Countries With Aging Populations”ada 10 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Sebagian besar di antaranya berasal dari negara di kawasan Eropa seperti Italia,Jerman,dan Monako.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan CNBC, ketiga negara ini memiliki perbedaan nilai populasi yang cukup jauh antara jumlah orang tua dan kaum muda. Rasio perbandingan di Italia mencapai angka 1,47 berbanding 1, sedangkan Jerman 1,54 berbanding 1, dan Monako 2,18 berbanding 1. Menurut indeks Global Aging Preparedness (GAP), jumlah persentase lansia (usia 65 tahun ke atas) yang ada di Italia mencapai 20,3%.
Sedangkan total kaum muda usia 0-14 tahun hanya 13,8% dari total populasi.Perbedaan jumlah ini sangat wajar pasalnya sejak 2005 sampai 2010 jumlah populasi lansia mengalami kenaikan 20% setiap tahun.Padahal mulai 1999 jumlah penduduk muda belum mengalami pertumbuhan sama sekali. Selainitu,Italiajugamerupakan salah satu negara di Eropa yang memiliki tingkat kerja terendah,banyak pekerja yang pensiun sebelum waktunya.
Hanya 37,4% penduduk Italia yang berusia 55-64 tahun yang diketahui masih bekerja. Sedangkan ratarata di kawasan Eropa persentase pekerja pada usia yang sama mencapai 47,5%. Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah Italia telah mengambil beberapa langkah tepat, salah satunya dengan menaikkan jumlah maksimum usia pensiun dari 64 tahun menjadi 66 tahun. Program ini akan mulai dicanangkan pada 2018.
Jumlah peningkatan populasi lansia juga terjadi di Jerman. Sejak 2006 lansia di Jerman mengalami kenaikan secara pasti sebanyak 19–20% tiap tahun. Sementara jumlah generasi muda malah mengalami penurunan pada periode yang sama. Menurut Bank Dunia, persentase penduduk Jerman yang berusia 15-64 tahun telah mengalami penurunan 66% pada 2010.Tidak heran jika Eurostat, badan penyedia data ekonomi Uni Eropa,memperkirakan jumlah pensiun warga Jerman pada 2040 akan mengalami peningkatan yang cukup besar.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, apalagi dalam keadaan ekonomi di Eropa kini sedang mengalamikrisis.Tak heran jika dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Jerman mencoba menjalankan sejumlah langkah pencegahan. Sementara itu, sebagai salah satu negara dengan populasi penduduk terbanyak di kawasan Eropa,Monako juga diketahui sedang mengalami masalah lonjakan populasi lansia.Negara ini bahkan menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan tingkat populasi lansia terbanyak.
Dengan jumlah estimasi populasi penduduk sebanyak 30.539 jiwa, Monako mengalami penurunan populasi pada 2011 hingga mencapai 0,12%. Hanya sekitar 8.000 orang yang tinggal di pusat kota.Kendati demikian, berdasarkan hasil riset Euromonitor proporsi populasi penduduk yang berumur 65 ke atas tetap lebih besar yaitu mencapai angka 26,9%. Selain itu,hasil penelitian CIA Factbook juga menunjukkan rata-rata usia penduduk Monako berkisar antara 49,4 tahun.
Wajar bila berdasarkan demografi penduduk lansia ini, Bank Dunia menyatakan Monako hanya menghabiskan 1,2% dari PDB-nya pada 2009 untuk pendidikan. Jumlah populasi lansia ini pada dasarnya tidak mengganggu pendapat pajak negara. Para lansia di Monako diketahui sebagai masyarakat kaya. Namun,sinergi populasi tetap penting karena bila terjadi kesenjangan yang cukup besar antara jumlah populasi lansia dan generasi muda,secara tidak langsung akan berdampak pula bagi pertumbuhan perekonomian negara.
Sumber : Harian Seputar Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar