Sabtu, 15 Oktober 2011

TEORI PEMBELAJARAN : RETENSI

Retensi adalah kemampuan untuk mengingat materi (seperti: konsep-konsep, teorema-teorema) yang telah dipelajari. Seperti ingatan, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajarnya.
Menurut penelitian, retensi terhadap rumus-rumus matematika memerlukan rangkuman. Dengan demikian untuk mengenalkan materi matematika yang baru, perlu diberikan rangkuman materi yang telah dipelajari yang menjadi dasar untuk mempelajari materi yang baru.
Apabila seseorang belajar, maka setelah beberapa waktu lamanya apa yang dipelajarinya akan banyak yang terlupakan dan apa yang diingat akan berkurang jumlahnya. Penurunan jumlah materi yang diingat ini akan sangat cepat pada permulaan, selanjutnya penurunan tersebut tidak lagi cepat. 
Hasil penelitian yang lain mengenai retensi menunjukkan:
a.        Materi pelajaran yang bermakna akan lebih mudah diingat siswa dibandingkan dengan materi yang tidak bermakna.
b.        Benda yang jelas dan kongkret akan lebih mudah diingat siswa dibanding dengan yang bersifat abstrak.
c.         Retensi akan lebih baik untuk materi yang bersifat kontekstual.
d.        Tingkat IQ tidak berkorelasi dengan retensi yang telah dipelajari siswa.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu : 1)  yang dipelajari pada permulaan (original learning), 2) belajar melebihi penguasaan (overlearning), dan 3) pengulangan dengan interval waktu (spaced review). Strategi berikut dapat dipakai guru untuk meningkatkan retensi siswa.

a.     Meyakini bahwa kekompleksan respons yang diinginkan masih berada dalam batas kemampuan siswa, dan masih berkisar pada apa yang telah dipelajari sebelumnya, ter-utama dalam pendekatan pembelajaran konstruktivisme.
b.     Memberikan latihan-latihan, baik yang dikerjakan secara kelompok maupun yang dikerjakan secara individu,  apabila respons akan dipengaruhi oleh transfer positif.
c.      Membuat situasi belajar yang jelas dan spesifik (misalnya: dengan menyertakan kompetensi yang diharapkan dan pendekatan pembelajarannya), sehingga siswa dapat mempelajari respons diskriminatif yang diinginkan.
d.     Membuat situasi belajar yang relevan dan bermakna, dengan memilih model pembelajaran yang cocok.
e.      Memberikan penguatan terhadap respons siswa, misalnya dengan soal-soal yang “menantang,” apabila dirasa perlu.
f.       Memberikan latihan dan mengulang secara periodik (urutan waktu) dan sistematik (struktur keilmuan dan tingkat kesukarannya).
g.     Memberikan situasi belajar tambahan dimana siswa tidak hanya belajar materi baru, tetapi juga diharuskan mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
h.     Mencari peluang-peluang yang terdapat di dalam situasi belajar baru, dan menghubungkannya dengan apa yang pernah dipelajari sebelumnya.
i.       Mengusahakan agar materi/bahan ajar yang dipelajari bermakna dan disusun dengan baik, misalnya dengan memberikan persoalan matematika yang kontekstual.
j.       Memakai bantuan jembatan keledai (mnemonic), karena ini akan meningkatkan organisasi bahan ajar yang dipelajari,
k.     Memberikan resitasi karena ini akan meningkatkan praktik siswa,
l.       Membangun struktur konsep yang jelas, misalnya dengan menggunakan alat peraga atau media audiovisual. Dengan kata lain, perlu digunakan lebih dari satu indera di dalam aktivitas belajar siswa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar