Sabtu, 23 April 2011

Melesat dengan Kereta Peluru TGV


Wartawan detikcom, Fitraya Ramadhanny menjajal TGV dalam perjalanan dari Brussels, Belgia ke Amsterdam, Belanda, Selasa (3/3/2009). TGV yang ditumpangi adalah milik Thalys, perusahaan kereta patungan antara PTKA Prancis (SNCF), Belgia (SNCB) dan Jerman (DB).
Lokomotif abu-abu dengan desain aerodinamis menyambut para penumpang di peron stasiun Bruxelles Midi, Brussels. Tempat duduk di kabin penumpang disusun 2-2 di kanan dan kiri. Kompartemen untuk koper tersedia di salah satu ujung gerbong, sementara ujung satunya terdapat toilet.
Tepat pukul 07.52, kereta kami berangkat. Di dalam kota, lajunya santai-santai saja. Begitu di pinggir kota, kereta pabrikan Alstom ini pun mulai melesat.
Pemandangan di luar jendela bergerak cepat, namun sistem suspensi yang mumpuni membuat penumpang hanya sedikit merasakan guncangan. Padahal, TGV menuju Amsterdam ini mencapai puncak kecepatan 300 km/jam. Namun, itu belum apa-apa dibanding rekor kecepatan TGV yaitu 574 km/jam.
Di dalam gerbong ada sejumlah fasilitas untuk penumpang. Selain tempat duduk yang nyaman, tersedia juga WiFi kalau membawa laptop. Penumpang kelas 1 mendapat WiFi gratis, sedangkan penumpang kelas 2 harus membeli voucher atau membayar dengan kartu kredit. WiFi di TGV dihubungkan langsung melalui satelit.
Suasana kereta pagi itu pun penuh dengan orang-orang dalam perjalanan kerja. Semua sibuk membuka laptop dan bekerja. Kalau bosan duduk, penumpang bisa menuju ke kereta makan. Kereta makan ini didesain mirip bar dengan meja makan berderet menghadap jendela.
Untuk harga tiket itu relatif. Di Eropa, orang-orang sudah biasa mencari tiket kereta 3 bulan sebelum berangkat untuk mencari tiket murah. Biasanya, Thalys membandrol tiket TGV-nya 19 Euro saja atau sekitar Rp 285 ribu. Namun jika membeli menjelang hari keberangkatan, harganya bisa melejit menjadi 51 Euro atau sekitar Rp 765 ribu.
TGV memang menjadi pilihan handal untuk perjalanan darat. Saingan beratnya di Eropa adalah kereta peluru Jerman yaitu ICE (Inter City Express) milik PTKA Jerman (Deutsche Bahn). Prancis dan Jerman pun gencar menjual kereta peluru mereka ke berbagai negara. TGV dijual ke Korea Selatan dengan nama KTX dan ICE dijual ke Cina dengan nama CRH.
Kereta peluru menjadi alternatif selain pesawat udara, karena kecepatan yang relatif sama, dan tanpa proses check-in dan boarding seperti pesawat terbang. Tidak terasa, 2 jam 44 menit, saya pun tiba di stasiun Amsterdam Centraal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar