Rabu, 11 Januari 2012

Memupuk Sifat Sabar Pada Anak Dengan Keimanan


Abu dan Ummu yang dirahmati Allah. Sifat sabar adalah salah satu sifat terpuji yang sangat penting ditumbuhkembangkan pada diri anak. Karena dalam kehidupan ini pasti akan ada saja hal-hal yang menuntut darinya untuk bersikap sabar. Dalam menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, dan dalam menyebarkan ilmu, semuanya butuh kesabaran. Bahkan dalam bersabar pun butuh kesabaran.
Dan di dunia ini, manusia tidak akan lepas dari dua keadaan; keadaan yang menyenangkan dan keadaan yang menyusahkan. Yang pertama menuntut adanya rasa syukur sedangkan yang kedua menuntut adanya sikap sabar. Hanya saja, dalam menunaikan rasa syukur pun seorang hamba harus bisa bersabar. Oleh karena itu, sabar ada tiga macam: sabar dalam menaati Allah, sabar untuk meninggalkan maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah.

Perlu Abu dan Ummu ketahui, bahwa pada hakikatnya kesabaran tidak ada batasnya sebagaimana pahala bagi kesabaran itu juga tidak ada batasnya. Allah –ta’ala– berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (az-Zumar: 10)
Jika demikian agungnya perkara sabar ini, maka sudah sepantasnya para orang tua berusaha menanamkan sifat sabar kepada anak-anak mereka, juga dengan kesabaran. Jangan sampai orang tua tidak bersabar dalam mendidik anak-anaknya karena dikhawatirkan ketidaksabaran itu bisa dilihat dan ditiru oleh si anak kelak ketika dewasa. Semoga Allah memberikan sifat sabar ini kepada kita para orang tua dan kepada anak-anak kita.

Antara Sabar dan Keimanan
Abu dan Ummu yang dirahmati Allah. Dalam menanamkan sifat sabar ini, keimanan menempati kedudukan yang sangat penting. Semakin kuat keimanan seseorang, maka dia akan semakin bisa bersikap sabar, baik dalam melaksanakan ketaatan, meninggalkan maksiat ataupun dalam menghadapi musibah.
Cobalah Abu dan Ummu perhatikan firman Allah berikut beserta tafsiran para ulama, maka Abu dan Ummu akan mendapati kebenaran hal tersebut. Allah –ta’ala– berfirman,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (at-Taghabun: 11)
Ketika makna ayat ini ditanyakan kepada Alqamah, beliau mengatakan, “Yaitu seseorang yang tertimpa musibah, lalu dia mengetahui (baca: meyakini) bahwa musibah itu dari Allah, sehingga dia pun ridha dan pasrah.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– pun ketika menjelaskan dua sikap istimewa seorang mukmin yang membuat takjub beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam–, yaitu bersyukur jika mendapatkan hal menyenangkan dan bersabar jika mendapat hal yang menyusahkan, beliau menegaskan bahwa dua sikap ini hanya dimiliki oleh orang yang beriman. (Dalam hadits riwayat Muslim)
Maknanya, orang yang tidak memiliki keimanan, tidak akan bisa mendapatkan dua sifat yang mulia ini; syukur dan sabar.
Dari sini, Abu dan Ummu yang dirahmati Allah, kita memahami bahwa penanaman keimanan dalam hati seorang hamba, termasuk diri kita dan anak-anak kita adalah perkara penting yang akan memperbaiki keadaan seorang hamba, memperbaiki amalannya, akhlaknya, ibadahnya dan segala sesuatunya.
Maka, hendaknya kita tetap memberikan perhatian besar bahkan terbesar kepada keimanan yang benar dalam pendidikan anak-anak kita, sehingga mereka menjadi generasi yang shalih, yang manfaatnya juga akan kembali kepada kita sebagai orang tua sekaligus pendidik dan pembimbing mereka. Dan hanya Allah pemberi taufik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar