Sabtu, 16 April 2011

Jiwa pun Perlu Makanan


Sebuah surat pembaca datang ke meja redaksi sebuah surat kabar. Surat itu berisi tentang pertanyaan. Mengapa kita mendengarkan bacaan Al-Qur’an walaupun kita tidak dapat mengingatnya satu pun? Sang pengirim surat bilang, ia sudah pergi ke masjid selama 30 tahun. Selama itu ia sudah mendengarkan 3.000 ayat. Tapi, selama hidupnya ia tidak bisa mengingat satu ayat pun. Jadi, ia berpikir hal itu hanya membuang waktu saja.
Dalam waktu beberapa hari saja, surat pembaca itu mendapat beragam tanggapan. Ada yang mendukung, tapi ada pula yang menolak anggapan tersebut. Hingga suatu hari datanglah sebuah surat tanggapan dari Amrin.
Amrin bercerita kalau ia sudah berkeluarga selama 30 tahun. Selama berkeluarga, istrinya sudah memasak 32.000 jenis menu makanan untuk dirinya. Selama 30 tahun itu pula, Amrin tidak pernah bisa mengingat apa saja menu-menu itu. Tapi, ada satu hal penting yang diingat oleh Amrin.
“Semua makanan yang disajikan istri saya, semuanya bergizi. Dengan makanan itu, saya punya kekuatan untuk bekerja demi keluarga. Jika istri saya tidak memberi makanan itu, barangkali saya sudah meninggal sekarang ini. Sama halnya bila saya tidak pergi ke masjid dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an sebagai makanan sehari-hari. Jiwa saya pasti sudah mati sekarang.”
Cerita di atas mengingatkan, tidak hanya tubuh kita yang perlu makanan. Jiwa kita pun perlu diberi “makanan”. Nah, “makanan” untuk jiwa adalah menjalankan ibadah dan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya.

 -  www.berani.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar