Tidak hanya orang dewasa, sifat disiplin sangat penting ditanamkan pada anak-anak sedini mungkin. Mumgkin di usia anak-anak yang masih belum mempunyai tanggung jawab yang besar, kedisiplinan bukanlah hal yang penting. Namun bila sifat disiplin tersebut ditanamkan kepada buah hati kita sejak masa kanak-kanak, tentu akan menjadi sebuah modal yang sangat berharga bagi buah hati kita kala dewasa kelak. Namun menanamkan sifat disiplin bagi anak-anak tentu bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan sebuah pembiasaan dan ketekunan, dan tentunya dengan bantuan dari orang tua.
Sebagai orang tua yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, sifat disiplin itu sendiri harus tertanam di dalam hati orang tua. Dengan kata lain, semua harus dimulai dari orang tua, yang nantinya akan ditransfer atau diajarkan kepada anak. Adalah hal yang sia-sia bagi kita, orang tua yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, namun kita sendiri kurang disiplin.
Disiplin sangat erat hubungannya dengan tanggung jawab dan peraturan. Tanggungjawab kita dengan buah hati kita tentu berbeda. Namun di dalam menaati peraturan, tentu sangat membutuhkan keselarasan. Orang tua dan anak harus menaati peraturan atau norma yang berlaku di tengah keluarga. Norma dan peraturan di dalam sebuah keluarga, tentu akan berbeda antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Oleh karena itu, orang tua harus bertanggungjawab secara penuh dalam mendidik anak agar menaati peraturan atau norma di dalam keluarga kita masing-masing.
Menanamkan sifat disiplin kepada anak, harus dimulai dari hal-hal yang kecil. Kita sebagai orang tua, atau sebagai orang yang lebih dewasa tentu harus peka dalam hal ini. Mungkin kita bisa memulainya dengan cara membuatkan jadwal makan, tidur, mandi, dan aktivitas-aktivitas yang lain. Hal ini sangat penting agar buah hati kita belajar bagaimana cara mengahargai waktu dan menaati peraturan. Mungkin bagi kita bukanlah hal yang terlalu bermasalah saat kita membelanjakan uang yang kita miliki sesuai dengan keinginan kita. Namun bila kita ingin buah hati kita menjadi anak yang disiplin dalam hal membelanjakan uang, tentu kita pun harus memiliki kedisiplinan dalam hal yang sama. Kita tidak boleh membelanjakan uang yang kita punya, untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak bermanfaat bagi keluarga kita, terutama di depan buah hati kita. Sehingga pada saat buah hati kita bertanya,”Ma… Kenapa kita harus beli tanaman yang harganya mahal itu?” Kita pun bisa menjawabnya dengan alasan yang logis dan bisa diterima buah hati kita. Misalnya,”Supaya ruang tamu kita bisa menjadi lebih indah, selain itu tanaman ini kan harganya bisa mejadi lebih mahal dari tahun ketahun, jadi nanti bisa dijual lagi. Nanti uangnya bisa ditabung.” Jangan sampai kita menjawab asal-asalan, misalnya hanya untuk seneng-seneng atau hanya untuk gengsi semata. Sehingga buah hati kita pun akan mengerti bagaimana dia harus mendisiplinkan diri dalam membelanjakan uang saku yang mereka punya.
Lalu apa tindakan kita bila menemukan buah hati kita melakukan hal-hal yang tidak disiplin? Dalam hal ini, kita harus cerdas dalam menentukan konsekuensi yang harus diterima oleh buah hati kita. Saya mengganti kata hukuman dengan konsekuensi, karena konsekuensi adalah suatu hal yang harus diterima dari sebuah perbuatan atau aksi. Dan tujuan dari konsekuesi adalah untuk mendidik dan mendisiplinkan, bukan hanya untuk menakuti-nakuti seperti halnya hukuman.
Jadi sebelum konsekuensi tersebut kita berikan kepada buah hati kita, alangkah lebih baik bila kita memperingatkan buah hati kita terlebih dahulu. Misalnya pada saat buah hati kita membelanjakan uangnya secara sembarangan, maka bila kita mengetahuinya kita wajib memperingatkan terlebih dahulu, dan baru memberikan sebuah konsekuensi setelah buah hati kita melakukan kesalahan yang sama. Dalam kasus ini, bila buah hati kita membelanjakan uangnya secara sembarangan, kita bisa memberikan konsekuensi kepada buah hati kita, misalnya dengan cara tidak memberikan uang jajan selama dua hari. Ada konsekuensi pada saat berbuat tidak baik, tentu harus ada juga konsekuensi pada saat buah hati melakukan hal yang baik. Nah… Jadi misalnya buah hati kita sudah pandai cara menggunakan uang, jangan lupa untuk memberikan konsekuensi berupa hadiah.
Kalau soal hadiah, tentu anda sendiri yang lebih mengerti segala keinginan buah hati anda sendiri.
Tentu masih banyak disiplin-disiplin yang lain, yang boleh kita tanamkan di dalam jiwa buah hati kita, misalnya disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin bermain, dan masih banyak lagi. Kita sebagai orang tua, harus cermat dalam mengajarkan nilai-nilai kedisplinan tersebut kepada buah hati kita. Dan tentunya dengan mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati kita, kita pasti juga akan banyak belajar bagaimana menjadi orang yang disiplin. Karena kita tidak akan sukses dalam mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati kita, bila kita sendiri tidak disiplin. Oleh karena itu… Marilah kita menjadi orang yang disiplin agar buah hati kita pun menjadi anak yang disiplin!
Sumber : Kak Zepe, pencipta lagu anak
Sebagai orang tua yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, sifat disiplin itu sendiri harus tertanam di dalam hati orang tua. Dengan kata lain, semua harus dimulai dari orang tua, yang nantinya akan ditransfer atau diajarkan kepada anak. Adalah hal yang sia-sia bagi kita, orang tua yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang disiplin, namun kita sendiri kurang disiplin.
Disiplin sangat erat hubungannya dengan tanggung jawab dan peraturan. Tanggungjawab kita dengan buah hati kita tentu berbeda. Namun di dalam menaati peraturan, tentu sangat membutuhkan keselarasan. Orang tua dan anak harus menaati peraturan atau norma yang berlaku di tengah keluarga. Norma dan peraturan di dalam sebuah keluarga, tentu akan berbeda antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Oleh karena itu, orang tua harus bertanggungjawab secara penuh dalam mendidik anak agar menaati peraturan atau norma di dalam keluarga kita masing-masing.
Menanamkan sifat disiplin kepada anak, harus dimulai dari hal-hal yang kecil. Kita sebagai orang tua, atau sebagai orang yang lebih dewasa tentu harus peka dalam hal ini. Mungkin kita bisa memulainya dengan cara membuatkan jadwal makan, tidur, mandi, dan aktivitas-aktivitas yang lain. Hal ini sangat penting agar buah hati kita belajar bagaimana cara mengahargai waktu dan menaati peraturan. Mungkin bagi kita bukanlah hal yang terlalu bermasalah saat kita membelanjakan uang yang kita miliki sesuai dengan keinginan kita. Namun bila kita ingin buah hati kita menjadi anak yang disiplin dalam hal membelanjakan uang, tentu kita pun harus memiliki kedisiplinan dalam hal yang sama. Kita tidak boleh membelanjakan uang yang kita punya, untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak bermanfaat bagi keluarga kita, terutama di depan buah hati kita. Sehingga pada saat buah hati kita bertanya,”Ma… Kenapa kita harus beli tanaman yang harganya mahal itu?” Kita pun bisa menjawabnya dengan alasan yang logis dan bisa diterima buah hati kita. Misalnya,”Supaya ruang tamu kita bisa menjadi lebih indah, selain itu tanaman ini kan harganya bisa mejadi lebih mahal dari tahun ketahun, jadi nanti bisa dijual lagi. Nanti uangnya bisa ditabung.” Jangan sampai kita menjawab asal-asalan, misalnya hanya untuk seneng-seneng atau hanya untuk gengsi semata. Sehingga buah hati kita pun akan mengerti bagaimana dia harus mendisiplinkan diri dalam membelanjakan uang saku yang mereka punya.
Lalu apa tindakan kita bila menemukan buah hati kita melakukan hal-hal yang tidak disiplin? Dalam hal ini, kita harus cerdas dalam menentukan konsekuensi yang harus diterima oleh buah hati kita. Saya mengganti kata hukuman dengan konsekuensi, karena konsekuensi adalah suatu hal yang harus diterima dari sebuah perbuatan atau aksi. Dan tujuan dari konsekuesi adalah untuk mendidik dan mendisiplinkan, bukan hanya untuk menakuti-nakuti seperti halnya hukuman.
Jadi sebelum konsekuensi tersebut kita berikan kepada buah hati kita, alangkah lebih baik bila kita memperingatkan buah hati kita terlebih dahulu. Misalnya pada saat buah hati kita membelanjakan uangnya secara sembarangan, maka bila kita mengetahuinya kita wajib memperingatkan terlebih dahulu, dan baru memberikan sebuah konsekuensi setelah buah hati kita melakukan kesalahan yang sama. Dalam kasus ini, bila buah hati kita membelanjakan uangnya secara sembarangan, kita bisa memberikan konsekuensi kepada buah hati kita, misalnya dengan cara tidak memberikan uang jajan selama dua hari. Ada konsekuensi pada saat berbuat tidak baik, tentu harus ada juga konsekuensi pada saat buah hati melakukan hal yang baik. Nah… Jadi misalnya buah hati kita sudah pandai cara menggunakan uang, jangan lupa untuk memberikan konsekuensi berupa hadiah.
Kalau soal hadiah, tentu anda sendiri yang lebih mengerti segala keinginan buah hati anda sendiri.
Tentu masih banyak disiplin-disiplin yang lain, yang boleh kita tanamkan di dalam jiwa buah hati kita, misalnya disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin bermain, dan masih banyak lagi. Kita sebagai orang tua, harus cermat dalam mengajarkan nilai-nilai kedisplinan tersebut kepada buah hati kita. Dan tentunya dengan mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati kita, kita pasti juga akan banyak belajar bagaimana menjadi orang yang disiplin. Karena kita tidak akan sukses dalam mengajarkan kedisiplinan kepada buah hati kita, bila kita sendiri tidak disiplin. Oleh karena itu… Marilah kita menjadi orang yang disiplin agar buah hati kita pun menjadi anak yang disiplin!
Sumber : Kak Zepe, pencipta lagu anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar