Kamis, 15 September 2011

Resesi di AS dan Eropa Bisa Memicu Krisis yang Lebih Parah dari 2008

Pemerintah tidak menganggap remeh resesi di Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi di dua benua itu perlu dicegah agar tidak berdampak kepada perekonomian Indonesia. Dampak krisis global kali ini diperkirakan lebih berat dibanding krisis global 2008 silam.

"Krisis global sekarang ini bisa lebih berat dibanding 2008," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, ketika Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR membahas asumsi makro dan kebijakan fiskal 2012, Kamis (15/9).

Dengan kondisi sekarang, capital inflow banyak masuk, tapi bukan berarti tidak akan terjadi krisis. Jika krisis global terjadi, kata Bambang, Indonesia akan kena second round effect atau dampak tak langsung. Hal itu karena negara yang tergantung pada ekspor Indonesia lah yang kena krisis.

"Tapi, kalau (negara) tujuan ekspor kita mengalami krisis, maka akibatnya pada ekonomi kita," katanya. Dampaknya akan terasa selain ke pertumbuhan ekonomi, juga ke tingkat suku bunga. Oleh karenanya, dampak krisis harus sangat diperhitungkan.

Hal yang sama disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. "Kita perlu soroti adalah kondisi global yang ada itu lebih serius dari yang kita amati dan kita ikuti, jadi kami melihat bahwa kalau di Eropa seperti sekarang ini itu besar sekali pengaruhnya," kata Agus.

Saat ini, kata dia, pihaknya sudah mempersiapkan diri jika terjadi kondisi terburuk berdampak ke Indonesia, yakni pemberian stimulus. Pemberian stimulus itu dengan catatan yang dibayar itu sesuai dengan yield yang ada di secondary market.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar