Tak cukup hanya dengan kesungguhan hati meminta. Doa pun ada seninya. Puji-pujian untuk-Nya dan Rasul-Nya adalah pendahulu dari segala pintamu, kemudian, iringilah ia dengan kalimat ampunan dan pertaubatan, lalu tutuplah dengan segala tumpukan harapanmu. Jangan lupa untuk mensucikan tubuhmu, memperhatikan waktu doamu, dan tempat dimana engkau berdoa. Jika masih belum berbalas, pakaikanlah makna “baik sangka” kepada-Nya, karena buah kesabaran memang selalu indah.
Kalaupun di waktu berikutnya, baik sangka-mu itu mulai berkarat. Maka yakinkanlah di dalam dirimu, bahwa masih banyak cela dan noda yang melekat dalam hatimu. Ia menjadi penghalang terkabulnya doa-mu, sebab kekotoranmu yang pernah terjadi dahulu, bisa jadi menjadi hambatan naiknya doa-doa-mu menuju langit-Nya.
Hentikan sikap tergesa-gesa dalam meminta. Sebab sebagai insan biasa-pun kita tak suka orang yang semena-mena dan asal menagih apa yang mereka ingini, tiba-tiba hadir di hadapan kita. Apalagi ALLAH, Sang Pemberi Hidayah. DIA sangat menyukai sesenggukanmu dalam meminta, mencintai keterikatan hatimu bersama panjangnya kalimat doa-mu, bahkan sering juga DIA menahan untuk tak mengabulkannya karena keinginan-Nya untuk mendengar keluh kesahmu. kalau sudah begitu, apalagi yang kita pertanyakan ?
Tanyakanlah pada lakumu, juga hatimu, sudahkah doamu tidak tergesa-gesa, sudahkah pintamu terbersamai dengan ketundukan jiwamu untuk merasa hina di hadapan-Nya, sudahkah senyummu atau juga mungkin tangismu menggambarkan rasa harap yang membuncah untuk-Nya. Jika belum.. perbaikilah.. Periksalah laku yang kotor, jiwa yang kelam, dan waktu-waktu-mu yang kosong tanpa kehadiran-Nya.
Semoga kesyukuranmu selalu berteman dengan panjangnya harapmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar