Selasa, 31 Mei 2011

Misteri Sidat, Sogili, Pelus (Anguilla spp.) di Indonesia

Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis danAnguilla borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik),Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkanAnguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).
Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai di Eropa mengalami penurunan hingga tinggal 1% dari jumlah semula (Dekker dalam Dannewitz, 2003).  Menurunnya jumlah glass eel yang memasuki suatu wilayah perairan menunjukkan kemungkinan adanya penurunan kualitas lingkungan  yang mengancam populasi sidat.
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies.  Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia.  Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap.  Bleeker dalamLiviawaty dan Afrianto (1998), mengatakan bahwa ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Phylum              : Chordata
Class                : Pisces
Ordo                : Apodes
Famili               : Anguillidae
Genus               : Anguilla
Spesies             : Anguilla sp.

Jenis-jenis ikan sidat (Anguila spp.)

  1. Valid Name                                               Author                               English Name
  2. Anguilla anguilla                                (Linnaeus, 1758)               European eel
  3. Anguilla australis australis                Richardson, 1841               Shortfin eel
  4. Anguilla australis schmidti                Philipps, 1925
  5. Anguilla bengalensis bengalensis      (Gray, 1831)                      Indian mottled eel
  6. Anguilla bengalensis labiata              (Peters, 1852)                   African mottled eel
  7. Anguilla bicolor bicolor                       McClelland, 1844              Indonesian shortfin eel
  8. Anguilla bicolor pacifica                      Schmidt, 1928                  Indian short-finned eel
  9. Anguilla breviceps                              Chu & Jin, 1984
  10. Anguilla celebesensis                         Kaup, 1856                     Celebes longfin eel
  11. Anguilla dieffenbachii                          Gray, 1842                     New Zealand longfin eel
  12. Anguilla interioris                                Whitley, 1938                 Highlands long-finned eel
  13. Anguilla japonica                                Temminck & Schlegel       Japanese eel
  14. Anguilla malgumora                           Kaup, 1856                     Indonesian longfinned eel
  15. Anguilla marmorata                            Quoy & Gaimard, 1824      Giant mottled eel
  16. Anguilla megastoma                           Kaup, 1856                     Polynesian longfinned eel
  17. Anguilla mossambica                         (Peters, 1852)                  African longfin eel
  18. Anguilla nebulosa                               McClelland, 1844             Mottled eel
  19. Anguilla nigricans                               Chu & Wu, 1984
  20. Anguilla obscura                                 Günther, 1872                 Pacific shortfinned eel
  21. Anguilla reinhardtii                              Steindachner, 1867          Speckled longfin eel
  22. Anguilla rostrata                                 (Lesueur, 1817)                American eel

Sumber: www.fishbase.org Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah.  Hal ini menunjukkan bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi  distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat.  Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan (EIFAC/ICES, 2000).  Helfman et al.   (1997) mengatakan bahwa ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.  Anguilla sp. tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan (Effendi,2000).
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah.  Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera (Setiawan et al., 2003).
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus reproduksinya (Helfman et al, 1997). Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses pemijahan (Elie, P., 1979dalam Budimawan, 2003).
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguillamarmorata, dan Mei untuk Anguilla nebulosa nebulosa (Setiawan et al., 2003). Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada bulan September (Setijanto et al., 2003).Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan (Liviawaty dan Afrianto, 1998).  Tanaka et al.(2001) mengatakan bahwa pakan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah tepung telur ikan hiu, dengan pakan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, ‘odeur’ air tawar dan suhu.  Elver yang sedang beruaya anadromous menunjukkan kadar thyroid hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Elver juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar (Budimawan, 2003).
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah elver yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari (Setijanto et al., 2003).   Hasil penelitian Sriati (2003) di di muara sungai Cimandiri menunjukkan bahwa elver cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah dengan turbiditas tinggi. Salinitas dan turbiditas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan.  Kelimpahan elver yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.
Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC, sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC.  Salinitas yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm.  Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).


sumber : agrocultural.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar