Minggu, 15 Mei 2011

Guru Harus Kian Humanis dan Berbhinneka

JAKARTA, KOMPAS.com — Kekerasan yang banyak terjadi di dunia pendidikan semakin hari semakin parah. Para guru diharapkan dapat mendidik dengan humanis dan berbhinneka.

Wahyu Hartomo, Deputi V Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayagunaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan, pendidik humanis harus mengajar dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.
"Pendekatan dialogis dilakukan dengan membangun dialog dengan para murid, sifatnya komunikasi dua arah. Pendekatan reflektif dengan membangun komunikasi dengan dirinya sendiri, introspeksi, dan evaluasi diri contohnya, sedangkan pendekatan ekspresif dilakukan dengan proses belajar-mengajar yang sekreatif mungkin," jelas Wahyu di sela-sela acara pelatihan guru se-Jabodetabek di Jakarta, Senin (29/11/2010).
Sementara itu, lanjut Wahyu, pendidik yang berbhinneka mendidik dengan konsep multikultural. Menurutnya, konsep multikultural harus diangkat kembali mengingat saat ini wawasan kebhinnekaan di tengah masyarakat dirasakan sudah mulai pudar.
"Indonesia itu terdiri dari banyak suku, agama, dan bahasa, tetapi karena pengaruh-pengaruh dari luar, paham kebhinnekaan itu mulai luntur. Untuk itulah, para pendidik perlu menanamkan kembali nilai-nilai multikultural dan kebersamaan kepada para siswanya," ujar Wahyu.
Wahyu berharap, dengan adanya pelatihan guru se-Jabodetabek itu para pendidik bisa menjadi media untuk menyosialisasikan makna agama, radikalisme, dan terorisme yang sebenarnya dengan basis humanisme dan kebhinnekaan.
"Guru harus menjadi agent of change dan murid harus diberi pengertian tentang kebhinnekaan Indonesia. Nantinya, diharapkan dengan wawasan humanisme dan kebhinnekaan ini anak-anak kita tidak akan terjerumus kepada radikalisme berbasis agama," ujarnya.
Pelatihan Guru Se-Jabodetabek sendiri merupakan pelatihan guru, terutama untuk guru agama yang diadakan Lazuardi Birru, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang keagamaan. Pelatihan ini digelar selama 2 hari pada tanggal 29-30 November.
Pelatihan menyosialisasikan pendidikan berbasis humanisme dan Bhinneka Tunggal Ika ini bertujuan agar para guru dapat mengajarkan kebhinnekaan kepada murid-murid mereka sehingga para murid terhindar dari segala bentuk radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar