Senin, 20 Juni 2011

Peluang dan Risiko Bayi Tabung

Program bayi tabung adalah suatu teknik reproduksi berbantu atau teknik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur matang dengan sperma di luar tubuh manusia (in vitro fertilization/IVF).
Teknik ini sekarang semakin banyak dipilih oleh pasangan yang sulit memperoleh keturunan meskipun memerlukan biaya dan pengorbanan yang tidak sedikit.  Ada baiknya, sebelum menjalani program ini pasangan suami istri  terlebih dulu memahami prosedur, peluang, dan risiko yang harus ditanggung selama menjalani program bayi tabung ini.  Hal ini penting guna mempermudah dan menambah kesiapan mental.  
Dr Sudirmanto, SpOG-KFER dari Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta menjelaskan, peluang untuk mendapatkan suatu kehamilan melalui proses bayi tabung ditentukan oleh banyak faktor.
Beberapa di antaranya adalah usia wanita, cadangan sel telur, lamanya gangguan kesuburan yang dialami pasangan, riwayat ada atau tidaknya kehamilan sebelumnya, derajat kelainan, sarana dan fasilitas teknologi laboratorium, ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh tenaga medis klinik bayi tabung.
"Dengan mengikuti bayi tabung akan memberikan peluang untuk mendapatkan kehamilan bervariasi dari 10 sampai 45 persen," ujarnya dalam seminar awam "Harapan Baru untuk Mendapatkan Buah Hati", beberapa waktu lalu.
Salah satu faktor paling penting yang menentukan peluang terjadinya kehamilan, terang Sudirmanto, adalah usia wanita. Di klinik melati RSAB Harapan Kita, misalnya, angka keberhasilan bayi tabung bervariasi dan tergantung pada usia wanita.
Pada usia kurang dari 30 tahun angka keberhasilannya 35-45 persen, pada usia 31-35 tahun peluang untuk terjadinya kehamilan 30-45 persen, pada usia 36-40 tahun peluang terjadinya kehamilan 25-30 persen dan pada usia lebih dari 40 tahun peluangnya 10-15 persen.
"Peluang tersebut tentunya berupa peluang secara umum, yang hanya berdasarkan usia wanita, sebab masih banyak lagi faktor lainnya yan memengaruhi angka keberhasilan proses bayi tabung," imbuhnya.
Selain peluang kehamilan, kata Sudirmanto, ada beberapa faktor risiko yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri yang mengikuti program bayi tabung. Setidaknya, ada 5 (lima) hal yang harus dipersiapkan pasangan suami istri yang sudah menetapkan program bayi tabung sebagai pilihan utama.
Pertama, terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.
"Dengan pemantauan secara rutin selama masa stimulasi keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi. Atau jika pun terjadi dengan pengelolaan yang tepat keadaan tersebut umumnya dapat diatasi," jelasnya.
Kedua, saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus, dan pembuluh darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan teknologi ultrasonografi, keadaan tersebut umumnya dapat dihindari.
Ketiga, risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim.  Hal ini akan memberikan risiko akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan pembatasan jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko tersebut.
Keempat, risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
Kelima, risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
"Dengan seleksi pasien dan penjelasan yang menyeluruh tentang bayi tabung diharapkan pasangan telah memahami dan menerima risiko," pungkas Sudirmanto.
= kompas.com =

Tidak ada komentar:

Posting Komentar