BANYAK orang percaya, jika kita sakit, bukan berarti fisik yang tengah jatuh sakit tapi juga jiwa. Barangkali ini yang jadi salah satu sebabboomingnya terapi holistik belakangan ini.
Banyak orang mengikuti terapi holistik agar terbebas dari beragam penyakit. Maklum, terapi ini menawar sepotong-sepotong. Seseorang yang menderita penyakit berat tak hanya mendapat sentuhan raga dari teralis holistik, "Kami juga melakukan penyembuhan dengan mengembalikan keharmonisan tubuh, pikiran, dan jiwa," ujar Nugdha Achadie, terapis dan fasilitator klinik holistik True Nature Healing.
Dalam terapi holistik, seorang terapis akan mencoba menyelaraskan tiga komponen yang mempengaruhi kehidupan manusia, yakni jiwa, raga serta hubungan sosial. Seperti kata Nugdha, manusia memang tak terlepas dari ketiga unsur itu dalam hidupnya.
Terapi dengan pendekatan holistik ini sudah ada sejak ribuan tahun silam, dan dipercaya mampu menunjang vitalitas dan peningkatan psikologis seseorang agar dapat hidup dengan kualitas optimal.
Hanya saja, terapi ini sempat dilupakan orang akibat kemajuan ilmu kedokteran modern. Tapi, belakangan orang sadar, obat-obatan kimia yang kini menjejali tubuh manusia, membawa dampak buruk. Orang pun kembali berpaling pada pengobatan alternatif, salah satunya terapi holistik.
Sembuhkan, bukan mengobati
"Terapi holistik sejatinya adalah penyembuhan," ujar Nugdha. Ada perbedaan mendasar antara pengobatan dan penyembuhan. Pengobatan merupakan upaya menghilangkan gejala penyakit saja. Sementara penyembuhan adalah proses mengembalikan keharmonisan tubuh, pikiran dan jiwa.
Menurut kacamata terapi holistik, penyakit fisik sejatinya berasal dari pikiran dan ketidakikhlasan manusia menjalani kehidupan. Hal itu kemudian mempengaruhi dan mengganggu organ-organ dalam tubuh. "Jika fungsi organ mulai terganggu, ada banyak penyakit fisik yang lantas muncul," ujar Nugdha.
Kesiapan pasien, kata Nugdha, memiliki peran terbesar dalam proses penyembuhan ini. Pengikut terapi holistik harus percaya kalau tubuh adalah media penyembuh terbaik. "Pasien harus sadar jika mereka adalah penyembuh terbaik untuk dirinya sendiri," ujar Nugdha. Niat dan latihan rutin sesuai arahan terapis mempercepat kesembuhan pasien.
"Jangan berharap terapi ini bisa berlangsung cepat alias instan," timpal Ning Hermanto, pemilik Klinik Herbal yang juga menyelenggarakan terapi holistik. Sebab, dalam terapi ini, pasien akan diajak belajar menyembuhkan diri sendiri, dan ini butuh waktu.
Eva Jeumpa, Chief of Gastroenterology Division, Department of Pediatrics, RSIA Harapan Kita bilang, ilmu kesehatan selama ini juga menyakini penyakit bisa berasal dari lingkungan, psikologis, dan kehidupan sosial. Makanya, dalam penyembuhan modern yang berkembang saat ini, dokter juga wajib memperhatikan kondisi jiwa pasien. "Tapi tetap juga disertai dengan pengobatan kimia yang telah teruji," ujar Eva Jeumpa.
Ini berbeda dengan terapi holistik yang umumnya disertai dengan penggunaan bahan-bahan herbal sebagai obat. "Pengobatan herbal inilah yang harus diuji dulu," ujar Eva.
Makanya, Eva menganjurkan pasien lebih dulu mengunjungi dokter sebelum mengobati penyakit lewat terapi holistik. Terlebih, jika terapis memberikan ramuan herbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar