Jumat, 17 Juni 2011

Penghapus Papan Tulis Otomatis Murah Meriah

Menghapus papan tulis selama ini menjadi aktifitas yang tidak disukai oleh para siswa. Selain karena harus dilakukan berulang-ulang, menghapus papan tulis terutama papan tulis biasa yang masih menggunakan kapur, membuat pakaian berdebu dan tidak baik untuk pernafasan. Hal ini menginspirasi para siswa SMA N 1 Sumedang untuk membuat papan tulis elektrik dari barang bekas elektronik.
Tim dari SMA N 1 Sumedang itu terdiri dari Yuliantini, kelahiran Sumedang, 4 Juli 1996. Lalu Nurfitria Khoirunnisa, kelahiran Sumedang, 11 Maret 1996, dan Indah Nur Permata Sari, kelairan Sumedang, 4 April 1995. Meski ketiga siswi ini baru pertama kali mengikuti kompetisi sains, namun mereka berhasil memenangkan juara ke-3 L'Oreal Girls Science Camp 2011 di Jambuluwuk Resort, Ciawi, Bogor, Rabu (25/5/2011).
Konsep penghapus papan tulis yang diajukan dalam proposal penelitian mereka adalah membuat penghapus papan tulis otomatis dari barang bekas elektronik dengan konsep recycle dan reuse. Bahan-bahan yang digunakan adalah kabel bekas, saklar/stop kontak, dinamo dari mesin jahit bekas, bekas dudukan lampu TL, laher, puli, styrofoam bekas, dan spons bekas. Tim ini hanya mengeluarkan biaya Rp 37.000 untuk membeli saklar baru dan ongkos las besi. Selebihnya adalah barang-barang bekas yang didapatkan dari sekolah, sesuai dengan tema kompetisi tahun ini, yakni menyelamatkan bumi dari sampah elektronik.
Prinsip kerja penghapus elektronik yang mereka rakit adalah penghapus yang menempel pada besi yang dipasangi laher di bagian atas dan bawahnya bergerak di suatu lintasan secara bolak-balik setelah listrik dialirkan dan menekan saklar yang ada di sudut kiri bawah papan tulis. Papan akan menekan injakan sehingga dapat menghapus papan tulis secara otomatis.
Dalam uji coba awal, tim ini memang masih kesulitan mendemokan hasil karya mereka karena belum ada penelitian lanjutan tentang ukuran tekanan penghapus yang tepat untuk bisa menghapus dengan cepat dan bersih. Tim juri sempat memberikan saran kepada tim ini pada saat presentasi, agar para siswa mencoba menggunakan wiper seperti yang biasa digunakan untuk menghapus air pada kaca depan mobil, sehingga ukuran penghapus tidak terlalu besar dan berat. Selain itu, kelemahan penghapus elektronik ini adalah alat ini akan menghapus keseluruhan tulisan yang ada di papan, sehingga apabila hanya beberapa kata saja yang ingin dihapus, masih harus dihapus secara manual.
"Idenya sudah bagus, tinggal dilanjutkan saja tentang penelitian tekanan penghapus dan apakah memang ukurannya harus sebesar itu," ujar Camelia Panatarani, salah satu tim juri. Ia adalah dosen dan peneliti di Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Bandung yang pernah menjadi pemenang L'Oreal for Woman in Science Nasional tahun 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar