Rabu, 01 Juni 2011

Lengkeng Pingpong Ramping dan Lebat

Lengkeng pingpong cenderung tumbuh nglancir karena dominasi apikal. “Pertumbuhan tanaman cenderung memanjang dan jarang bercabang,” kata Dr Reza Tirtawinata, direktur Taman Wisata Mekarsari, Bogor. Sifat itu membuat produksi buah merosot karena dompolan buah lazim muncul di ujung cabang. Semula sifat itu tak dihiraukan hobiis dan penangkar tanahair. Maklum saat diperkenalkan pada 2004, Dimocarpus longan—dulunya Nephelium longan—menjadi perhatian banyak orang. Maklum dalam 8 bulan sejak tanam dari bibit asal cangkok atau sambung pucuk, pingpong mulai belajar berbuah. Ukuran buah relatif besar—nyaris sebesar bola pingpong. Sedompol terdiri atas 20—25 buah. Ia cocok ditanam di dataran rendah. “Tak peduli tumbuhnya nglancir dan berbiji besar, peminat antre. Yang penting bisa berbuah,” tutur Prakoso Heryono, penangkar di Demak. Persoalan muncul ketika pingpong hendak dikebunkan secara komersial. Total 150 pohon yang ditanam Yosef Soesanto di Puncak, Cianjur, Jawa Barat tak ada yang berbuah lebat. “Tandan buah sedikit dan hanya berisi 20 buah. Tak layak dikebunkan,” keluh Yosef. Toh, sebuah kebun di Trangnong, Vietnam, sekitar 60 km utara Ho Chi Minh, mematahkan pesimisme itu. Di lahan seluas 8 ha, 200 xhan xiang com vang—sebutan pingpong di Vietnam—setinggi orang dewasa berbuah lebat. 
Lebat ala Suko Budi
  1. Tanaman yang telanjur tinggi
  2. Kerat selebar 2 mm, minimal 40 cm dari tanah
  3. Dalam 2—3 minggu muncul cabang baru
Lebat ala Narin


  1. Cabang rimbun setelah pemangkasan
  2. Tentukan cabang yang akan ditarik
  3. Tarik secara horizontal
  4. Ikat pada tiang bambu atau besi 
Lebat ala Prakoso


  1. Pangkas cabang minimal 40 cm dari pangkal
  2. Cabang telah dipangkas
  3. Dalam 2—3 minggu muncul cabang baru
  4. Rawat rutin selama setahun
  5. Cabang baru siap dipangkas kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar