Jumat, 03 Juni 2011

SUKUN SUMBER KARBOHIDRAT PENGGANTI BERAS

Ditengah kelangkaan pangan dewasa ini, maka Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) dapat merupakan alternatif sumber karbohidrat, disamping itu salah satu komoditas buah yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi karena dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan sebagai alternatif pangan pengganti beras. Pada daerah tertentu umumnya tanaman sukun ditanam pada lahan-lahan pekarangan rumah dengan pemilikan pohon antara 1-5 pohon per keluarga. 
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap pangan terutama beras, terus meningkat. Padahal sebagaimana dimaklumi upaya peningkatan produksi beras di tanah air tidak mudah untuk dilakukan karena sudah mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan mencari bahan pangan alternatif pengganti beras. Salah satu bahan pangan yang direkomendasikan sebagai subsitusi beras adalah buah sukun karena mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari setiap 100 gram buah sukun segar mengandung 27,12 gram karbohidrat, 108 kalori, 17 mg kalsium, 29 mg vitamin-C, dan 490 mg kalium. Sedangkan dari setiap 100 gram sukun tua yang diolah menjadi tepung bisa menghasilkan energi sebanyak 302 kalori dan karbohidrat 78,9 gram. Dari kandungan kalori dan karbohidrat yang dihasilkan mendekati kandungan yang dimiliki beras yaitu 360 kalori dengan karbohidrat 78,9 gram. Sebagai perbandingan pada tabel dibawah ini disajikan kandungan karbohidrat dan energi yang dihasilkan dari beberapa bahan pangan. 
Tabel Komposisi sukun dan bahan pangan lainnya per 100 gram bahan
No.
Jenis bahan pangan
Energi
(kal.)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Bagian yg dapat dimakan
1.
Tepung sukun dari buah tua
302
3,6
0,8
78,9
100 %
2.
Sukun tua
108
1,3
0,3
28,2
70%
3.
Beras
360
6,8
0,7
78,9
100%
4.
Jagung kuning muda
129
4,1
1,3
30,3
28%
5.
Ubi kayu
146
1,2
0,3
34,7
75%
6.
Ubi jalar
123
1,6
0,7
27,9
86%
7.
Kentang
83
2,0
0,1
19,1
85%
Sumber : FAO
Produksi sukun di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2000 produksi sebesar 35.435 ton, meningkat menjadi 62.432 ton pada tahun 2003 dan meningkat lagi menjadi 66.994 ton pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 menjadi 73.637 ton dengan luas panen 6.725 ha. Sentra produksi sukun terbesar adalah Propinsi Jawa Barat sebesar 14.252 ton, Jawa Tengah sebanyak 13.063 ton, , Jawa Timur sebesar 6.400 ton, D.I Yogyakarta sebesar 6.577 ton, Kalimantan Timur sebesar 5.744 ton, Sumatera Selatan 4.321 ton, Lampung sebesar 3.458 ton, Sulawesi Selatan 3.266 ton, Nusa Tenggara Timur sebesar 1.156 ton, dan Jambi sebesar 1.921 ton. 
Prospek agribisnis sukun masa mendatang sangat menjanjikan karena tanaman sukun tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus dan dapat tumbuh subur pada kondisi ekologi yang beragam. Tanaman sukun dapat tumbuh pada pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, tumbuh baik pada tanah liat berpasir, dengan kondisi bulan kering 1-4 bulan dan bulan basah 6-12 bulan. 
Tanaman sukun berproduksi setelah berumur 3–5 tahun setelah ditanam, dan dapat dipanen dua kali setahun. Panen pertama disebut dengan panen raya terjadi pada musim hujan yang jatuh pada bulan Januari-Februari, sedangkan panen kedua atau panen susulan pada musim kemarau jatuh pada bulan Juni-Juli.
Guna merangsang petani agar mau mengembangkan tanaman sukun, maka Departemen Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan pengembangan agribisnis sukun pada tahun 2003, dengan menggunakan dana dekonsentrasi (APBN) seluas 380 hektar yang tersebar di beberapa propinsi diantaranya adalah; Propinsi Jawa Timur (Kab. Gresik, Lumajang, Kediri), Propinsi Kalimantan Tengah (Kab. Sukamara, Seruyan), Propinsi Sulawesi Selatan (Kab. Bone), Propinsi Sulawesi Tengah (Kab. Toli-toli), Propinsi Maluku (Kab. Maluku Tenggara), dan Propinsi Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah).
Sejauh ini sukun lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk pangan goreng-gorengan (keripik) namun, melihat potensi dan peluang pengembangan sukun yang demikian besar serta banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman dan buah sukun, maka sudah saatnya dicanangkan gerakan pemanfaatan buah sukun sebagai pengganti beras. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan mengembangkan teknologi pengolahan pangan dari sukun, sehingga dapat  menyajikan buah sukun dan hasil olahannya dalam menu makanan sehari – hari.
Suatu hal penting yang perlu dilakukan adalah promosi dan kampanye konsumsi sukun, baik sebagai menu jajanan maupun makanan sehari-hari. Disamping itu riset pengembangan produk perlu dikembangkan sehingga dapat ditampilkan dalam performan menarik, tahan lama dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar